Macam-Macam Jaringan Otot

Macam-Macam Jaringan Otot


Jaringan otot didesain khusus untuk berkontraksi ketika ia distimulus, oleh karena itu ia berperan untuk menggerakkan secara fisik jaringan lain, organ-organ, ataupun cairan; misalnya, otot rangka menarik tulang, jantung berkontraksi dan memompa darah, serta kontraksi kandung kemih yang mengeluarkan urin.

Tidak hanya gerakan tubuh dan anggota badan saja yang tergantung pada jaringan otot, namun proses pada pencernaan, pembuangan zat sisa, proses pernapasan, proses berbicara, dan sirkulasi darah juga memanfaatkan kerja otot. Selain itu, otot-otot juga merupakan sumber penting bagi panas tubuh.

Jaringan Otot


Ada tiga jenis jaringan otot – otot rangka (skeletal), otot jantung, dan otot polos (halus) - yang masing-masing berbeda dalam hal penampilan, fisiologi, dan fungsinya.

Otot rangka terdiri dari sel-sel yang berbentuk panjang seperti benang yang disebut serat otot. Sebagian besar otot rangka ini melekat pada tulang, namun ada pengecualian pada organ lidah, kerongkongan bagian atas, beberapa otot wajah, dan beberapa otot sfingter (otot berbentuk mirip cincin yang membuka dan menutup bagian-bagian tubuh).

Setiap sel otot rangka ini berisi beberapa inti yang berdekatan dengan membran plasmanya. Otot rangka merupakan otot lurik dan bergerak (kontraksi) secara sadar. Istilah otot lurik mengacu pada warna belangnya, yang terbentuk oleh pola tumpang tindih dari filamen protein sitoplasma yang menyebabkan kontraksi otot.

Otot jantung dibatasi hanya untuk organ jantung. Jenis otot ini juga merupakan otot lurik, namun ia berbeda dari otot rangka jika dilihat dari fitur-fitur lainnya. Otot jantung bekerja di luar kendali kesadaran; ia tetap bisa berkontraksi bahkan jika semua koneksi sarafnya terputus. Sel-sel paa otot jantung juga jauh lebih pendek, sehingga mereka lebih sering disebut miosit atau kardiosit daripada serat. Miosit ini bentuknya bercabang atau berlekuk di ujungnya. Ia hanya berisi satu inti sel, yang terletak dekat pusat dan sering dikelilingi oleh glikogen sebagai sumber energi.

Miosit jantung saling bergabung ujung ke ujung dengan persimpangan (cakram interkalasi), yang terdapat garis-garis melintang gelap yang memisahkan tiap-tiap miosit. Kesenjangan persimpangan pada cakram memungkinkan gelombang eksitasi untuk berjalan lebih cepat dari sel ke sel sehingga semua miosit dari otot jantung dirangsang dan berkontraksi dalam waktu hampir bersamaan.

Otot polos tidak memiliki striasi (lurik, belang) dan ia bekerja secara tidak sadar. Sel otot polos yang juga disebut miosit, bentuknya meruncing di ujung dan relatif pendek. Ia memiliki inti sel tunggal yang terletak di tengah. Sejumlah kecil otot polos ditemukan pada iris mata dan kulit, tetapi sebagian besar yang disebut otot visceral, membentuk lapisan dalam dinding pencernaan, pernapasan, dan saluran kemih; rahim; pembuluh darah; dan organ lainnya.

Pada lokasi seperti kerongkongan dan usus kecil, otot polos membentuk lapisan yang saling berdekatan, satu lapisan yang sirkular dan lapisan lainnya yang membujur (longitudinal). Ketika otot polos yang melingkar (sirkular) berkontraksi, hal ini memungkinkan terdorongnya isi dari saluran seperti makanan yang melalui organ kerongkongan. Ketika lapisan longitudinal berkontraksi, organ atau saluran yang bersangkutan akan memendek dan lebih tebal. Dengan mengatur diameter pembuluh darah, otot polos sangat penting dalam mengontrol tekanan darah dan alirannya.


Referensi:

Saladin, K. S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education

Organel Sel

Organel Sel


Struktur metabolik aktif dalam suatu sel disebut organel yang secara harfiah memiliki arti “organ kecil”. Suatu sel mungkin memiliki 10 miliar molekul protein, beberapa di antaranya adalah enzim yang kuat dengan potensi untuk menghancurkan sel jika mereka tidak terkandung dan terisolasi dari komponen seluler lainnya.

Nukleus (Inti Sel)

Nukleus atau inti sel merupakan organel terbesar dalam sel dan biasanya merupakan satu-satunya organel yang dapat terlihat jelas dengan mikroskop cahaya. Nukleus berisi kromosom sel dan karena itu ia merupakan pusat kontrol genetik dari aktivitas selular. Organel granular yang disebut ribosom diproduksi di sini. Langkah-langkah awal dalam sintesis protein juga terjadi di sini di bawah arahan gen.

Kebanyakan sel hanya memiliki satu nukleus, tetapi ada pengecualian. Sel darah merah yang matur tidak memiliki nucleus. Ada juga beberapa jenis sel yang multinukleat – yaitu memiliki 2 sampai 50 inti contohnya adalah beberapa sel-sel hati, sel otot rangka, dan sel tertentu yang berperan dalam melarutkan tulang.

Nukleus (Inti Sel)


Nukleus biasanya berbentuk bulat hingga elips dan rata-rata diameternya adalah sekitar 5 μm. Nukleus dikelilingi oleh  membrane inti yang terdiri dari dua membran paralel. Membran ini berlubang dengan adanya pori-pori inti/nuklir,  yang diameter porinya berada pada ukuran  sekitar 30 sampai 100 nm, yang dibentuk oleh kompleks pori nuklir berbentuk cincin dari delapan protein. Protein ini mengatur lalu lintas molekul untuk masuk dan keluar dari inti sel dan mengikat dua membran bersama-sama. Bagian dalam membrane inti dipagari oleh jaringan filamen intermediet yang disebut lamina nuklir, yang tampak seperti ‘kandang’ dari DNA.

Materi dalam inti sel disebut nukleoplasma tersebut. Sebagian besar terdiri dari filament halus yang tersebar dan bentuknya granular yang disebut kromatin. Kromatin terdiri dari kompleks protein dan DNA. Ketika sel-sel mempersiapkan diri untuk membelah, kromatin berubah menjadi batang pendek tebal dan dapat kita lihat bahwa ia terdiri dari 46 badan yang terpisah yang disebut kromosom.

Kromosom


Retikulum Endoplasma 

Istilah retikulum endoplasma secara harfiah berarti “jaringan kecil dalam sitoplasma”.  Retikulum endoplasma merupakan sistem dari saluran yang saling berhubungan yang disebut cisternae dan tertutup oleh membran. Di daerah yang disebut retikulum endoplasma kasar, jaringan ini terdiri dari cisternae yang parallel, rata, dan ditutupi ribosom, sehingga memberikan penampilan yang kasar atau granular. RE kasar berhubungan dengan membran luar inti sel.

Cisternae yang berdekatan dihubungkan oleh jembatan yang tegak lurus. Di daerah yang disebut retikulum endoplasma halus, membran tidak memiliki ribosom, cisternae lebih berbentuk tubular, dan cabangnya lebih luas. Cisternae dari ER halus yang berhubungan dengan cisternae dari  RE kasar, sehingga kedua RE ini merupakan dua bagian yang berbeda dari jaringan sitoplasma yang sama.

Retikulum Endoplasma

Retikulum endoplasma mensintesis steroid dan lipid lainnya, mendetoksifikasi alkohol dan obat-obatan lainnya, dan merupakan produsen dari semua membran sel. RE kasar menghasilkan fosfolipid dan protein dari membran plasma. Ia juga mensintesis protein yang disekresikan dari sel atau yang dikemas dalam organel yang disebut lisosom. RE kasar paling melimpah pada sel-sel yang mensintesis sejumlah besar protein, seperti sel-sel yang memproduksi antibodi dan sel-sel dari kelenjar pencernaan.

Kebanyakan sel hanya memiliki ER halus yang sedikit, tapi cukup melimpah pada sel-sel yang terlibat secara luas dalam detoksifikasi, seperti sel-sel hati dan ginjal. Penyalahgunaan alcohol jangka panjang, barbiturat, dan obat-obatan lainnya mengarah ke toleransi sebagian karena ER halus berproliferasi dan mendetoksifikasi obat dengan lebih cepat. ER halus juga melimpah pada sel yang mensintesis hormon steroid, misalnya di testis dan ovarium.

Otot rangka dan jantung mengandung jaringan yang luas dari ER halus yang dimodifikasi yang disebut reticulum sarkoplasma, yang bertugas untuk melepaskan kalsium sebagai pemicu kontraksi otot dan menyimpan kalsium antar kontraksi.

Ribosom

Ribosom merupakan butiran kecil dari protein dan asam ribonukleat (RNA) yang ditemukan dalam sitosol, pada permukaan luar dari RE kasar dan amplop nuklir, di nukleolus, dan mitokondria. Ribosom membaca pesan genetik yang telah dikode (RNA) dari inti dan merakit asam amino menjadi protein spesifik sesuai kode yang ditentukan.

Ribosom tak terikat ditemukan tersebar pada seluruh sitoplasma dan membuat enzim serta protein lain untuk digunakan dalam sel. Ribosom melekat pada RE kasar untuk membuat protein yang kan dikemas dalam lisosom ataupun dalam kasus-kasus seperti enzim pencernaan, ia akan disekresikan dari sel.

Komplek Golgi (Badan Golgi)


Badan golgi merupakan sistem kecil dari cisternae yang mensintesis karbohidrat dan lipid tertentu dan mengurus sentuhan akhir sintesis protein dan glikoprotein. Kompleks golgi ini menyerupai tumpukan roti pita. Biasanya, ia terdiri dari sekitar enam cisternae, sedikit terpisah satu sama lain, masing-masing bentuknya pipih dengan kantung yang sedikit melengkung dengan ujung agak membengkak.

Ribosom menghubungkan asam amino bersama-sama dalam urutan tertentu secara genetik untuk membuat protein tertentu. Protein baru ini menjalar ke cisterna dari RE kasar, di mana enzim akan memodifikasinya. Protein yang telah diubah ini kemudian diacak ke dalam vesikel transportasi kecil, organel bulat yang menjadi tunas dari ER dan membawa protein ke cisterna terdekat dari kompleks Golgi.

Badan Golgi


Kompleks Golgi mengurutkan protein ini, mengirimnya dari satu cisterna ke cisterna lain, memotong dan menukar beberapa di antaranya, menambahkan karbohidrat, dan akhirnya memaketkan protein ini ke dalam membran yang membatasi vesikel Golgi. Vesikel ini mentunasi tepi terjauh sisterna dari RE. Mereka banyak ditemukan di dekat kompleks Golgi.

Beberapa vesikel Golgi menjadi lisosom, beberapa bermigrasi ke membran plasma dan menyatu dengannya, menyediakan protein dan fosfolipid baru bagi membran; dan beberapa menjadi vesikel sekretorik yang menyimpan produk sel, seperti protein ASI, lendir, atau enzim pencernaan, untuk nanti dirilis oleh eksositosis.


Proteasom

Ribosom memproduksi banyak protein untuk digunakan secara intraseluler, namun protein ini tidak bisa berlama-lama di dalam sel selamanya. Ketika pekerjaan mereka selesai, mereka harus dibuang. Sel juga perlu untuk membebaskan diri dari protein yang rusak dan nonfungsional serta protein asing yang dibawa oleh infeksi virus.

Proteasom


Pekerjaan pembuangan protein ‘buruk’ ini ditangani oleh organel yang disebut proteasom, yang terdiri dari kompleks silinder protein berongga. Sel akan melabeli protein yang tidak diinginkan untuk dihancurkan dan diangkut ke sebuah proteasome; enzim dari proteasome akan memecah mereka ke dalam asam amino. Proteasom mendegradasi lebih dari 80% protein sel.

Lisosom

Organel lain yang dirancang untuk menghancurkan adalah lisosome, ia merupakan paket enzim yang tertutup dalam membran. Meskipun bentuknya sering bulat atau oval, lisosom sangat bervariasi dalam hal bentuk. Setidaknya telah ada 50 enzim lisosom yang telah diidentifikasi. Mereka memecah protein, asam nukleat, karbohidrat, fosfolipid, dan zat lainnya. Sel darah putih yang disebut neutrofil memfagositosis bakteri dan mencernanya dengan enzim lisosom mereka.

Lisosom


Lisosom juga akan mencerna dan membuang organel yang rusak; proses ini disebut autophagy (otofagi). Mereka juga membantu dalam proses “bunuh diri sel” yang disebut apoptosis, atau program kematian sel, di mana sel-sel yang tidak lagi diperlukan akan mematikan diri. Rahim, misalnya, memiliki berat sekitar 900 g pada kehamilan jangka penuh dan, melalui apoptosis, menyusut  60 g dalam 5 atau 6 minggu setelah melahirkan.

Peroksisom

Peroksisom bentuknya menyerupai lisosom tetapi mengandung enzim yang berbeda dan tidak diproduksi oleh kompleks Golgi. Fungsi umum mereka adalah dengan menggunakan molekul oksigen (O2) akan mengoksidasi molekul organik, terutama untuk memecah asam lemak menjadi dua molekul karbon yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk sintesis ATP.

Reaksi ini menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2), sesuai nama organel ini, peroksisom. H2O2 kemudian digunakan untuk mengoksidasi molekul lain, dan kelebihannya akan dipecah menjadi air dan oksigen oleh enzim yang disebut katalase. Peroksisom juga menetralisir radikal bebas dan berperan dalam detoksifikasi alkohol, obat lain, dan berbagai racun dari darah. Peroksisom ada pada hampir semua sel tetapi utamanya melimpah pada organ hati dan ginjal.

Mitokondria

Mitokondria (tunggal, mitokondrion) adalah organel khusus yang berguna untuk proses yang disebut respirasi aerobik, yang mensintesis sebagian besar tubuh ATP. Mereka memiliki berbagai bentuk: dari bulat, batang, berbentuk seperti kacang, ataupun benang. Mitokondria juga terus-menerus bergerak, menggeliat, dan berubah bentuk. Seperti nukleus, mitokondria dikelilingi oleh membran ganda. Membran dalam biasanya memiliki lipatan yang disebut cristae, yang mirip seperti rak dan menanggung enzim yang menghasilkan sebagian besar ATP.

Mitokondria


Ruang antara krista disebut matriks mitokondria. Ia berisi enzim, ribosom, dan molekul DNA yang kecil dan melingkar yang disebut DNA mitokondria (mtDNA), yang secara genetik berbeda dari DNA yang ada dalam inti sel. Mutasi pada mtDNA bertanggung jawab untuk beberapa penyakit otot, jantung, dan mata.

Sentriol

Sentriol merupakan rakitan silinder pendek mikrotubulus yang tersusun dalam sembilan kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga mikrotubulus. Di dekat inti sel, sebagian besar sel memiliki patch sitoplasma yang jelas terlihat dan kecil yang disebut sentrosom. Ia mengandung sepasang sentriol yang saling tegak lurus.

Sentriol


Sentriol ini memainkan peran dalam pembelahan sel. Dalam sel bersilia, setiap silia juga memiliki tubuh basal yang terdiri dari sentriol tunggal tegak lurus dengan membran plasma. Dua mikrotubulus setiap triplet membentuk mikrotubulus perifer dari axoneme dari silia.


Referensi:

Saladin, K. S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education

Mikrovili, Silia, Flagella, dan Pseudopod pada Sel Manusia

Mikrovili, Silia, Flagella, dan Pseudopod pada Sel Manusia


Kebanyakan sel memiliki ekstensi / perpanjangan permukaan oleh satu atau lebih jenis ekstensi yaitu mikrovili, silia, flagela, dan pseudopods. Perpanjangan ini akan membantu dalam proses penyerapan, proses pergerakan, dan proses sensorik.

Mikrovili

Mikrovili (tunggal: mikrovilus) adalah ekstensi dari membran plasma yang berfungsi terutama untuk meningkatkan luas permukaannya. Mereka sangat berguna dalam sel yang memiliki tugas khusus untuk penyerapan, seperti sel-sel epitel usus dan tubulus ginjal. Usus kecil memiliki sekitar 200 juta mikrovili per milimeter perseginya, dengan sekitar 3.000 mikrovili di atas setiap permukaan sel penyerap.

Mikrovili ini memberikan sel-sel luas permukaan serap yang jauh lebih luas daripada permukaan apikal sel yang datar. Pada banyak sel, mikrovili sedikit lebih mirip seperti benjolan kecil pada membran plasma. Pada sel-sel indra perasa dan telinga bagian dalam, mikrovili juga dapat ditemukan namun ia lebih berperan untuk sensorik daripada fungsi penyerapan.

Mikrovili


Mikrovili secara individu tidak dapat dibedakan dengan baik dengan mikroskop cahaya karena mereka hanya memiliki panjang antara 1 sampai 2 μm. Pada beberapa sel, mikrovili sangat padat dan muncul sebagai pinggiran yang disebut perbatasan kuas (brush border). Dengan transmisi mikroskop elektron, mikrovili biasanya terlihat seperti jari yang menempel pada permukaan sel. Struktur internalnya kecil, namun sering memiliki bundel filamen dari protein yang disebut aktin.

Filamen aktin melekat pada bagian dalam membran plasma di ujung mikrovilus tersebut. Pada dasarnya, aktin memanjang agak jauh ke dalam sel dan menanamkan mikrovilus ke web terminal. Ketika ditarik oleh protein lain dalam sitoplasma, aktin dapat memperpendek mikrovilus untuk memerah isinya masuk ke bawah ke dalam sel.

Silia

Silia (tunggal: silium) adalah ujung runcing mirip rambut dengan panjang sekitar 7 sampai 10 μm. Hampir setiap sel memiliki silia primer nonmotil soliter (tak bergerak) dengan panjang beberapa mikrometer. Fungsinya dalam beberapa kasus masih misteri, namun ternyata banyak dari mereka berperan dalam proses sensorik, yang berfungsi sebagai ‘antena’ sel untuk memantau kondisi di dekatnya.

Bagian dari sel retina mata yang menyerap cahaya merupakan silia primer yang dimodifikasi; pada telinga bagian dalam, mereka memainkan peran dalam indra gerak dan keseimbangan; dan pada tubulus ginjal, mereka diduga berfungsi untuk memantau aliran fluida. Molekul bau diikat oleh silia nonmotil pada sel-sel sensorik hidung. Cacatnya perkembangan dalam hal struktur atau fungsi silia - terutama pada silia primer nonmotil - bertanggung jawab untuk beberapa penyakit keturunan yang disebut siliopati.

Silia

Silia motil hanya terdapat pada beberapa organ, terutama di saluran respirator (pernapasan), tabung rahim (tuba fallopi), rongga internal otak dan sumsum tulang belakang, serta beberapa saluran reproduksi pria. Namun, silia motil ini sangat melimpah pada tempat di mana mereka berada. Sel-sel bersilia biasanya memiliki 50 sampai 200 silia. Silia ini bergerak dalam gelombang yang disinkronisasi dan menyapu seluruh permukaan epitel. Gerakannya selalu dalam arah yang sama, dan berfungsi untuk menggerakkan zat-zat seperti cairan, lendir, dan sel telur.

Silia memiliki inti pusat yang disebut axoneme, dan susunan silinder protein tipis beraturan yang disebut mikrotubulus. Dalam silia motil, ada dua mikrotubulus pusat yang dikelilingi oleh cincin dari sembilan pasang mikrotubula. Mikrotubulus sentral berhenti di permukaan sel, namun mikrotubulus perifer akan terus masuk ke dalam sel sebagai bagian dari tubuh basal yang menjangkari silia.

Dalam setiap pasangan mikrotubulus perifer, salah satu tubulus akan dipasangkan dengan lengan dynein. Dynein, sebuah protein bermotor yang menggunakan energi dari ATP untuk ‘merayapi’ pasangan mikrotubulus yang berdekatan. Ketika mikrotubulus di bagian depan silia merayap naik ke mikrotubulus di belakang mereka, silium akan berbelok ke arah depan. Silia primer nonmotil tidak memiliki dua mikrotubulus pusat dan lengan dynein, sehingga tiak memungkinkan mereka untuk bergerak.

Flagela

Hanya ada satu flagellum fungsional pada sel manusia – yaitu ekor dari sel sperma. Flagela ini jauh lebih panjang dari silia dan memiliki axoneme yang identik. Tetapi antara axoneme dan membran plasmanya, ada selubung kompleks dari filamen sitoskeletal yang membuat kaku ekor ini sehingga memberikan lebih banyak kekuatan pendorong.

Flagella pada Sel Sperma

Pseudopod

Pseudopod adalah ekstensi berisi sitoplasma dari sel yang bervariasi dari bentuk yang mulus, berserabut, hingga menjadi ujung tumpul yang mirip jari. Berbeda dengan tiga jenis lain dari ekstensi permukaan sel, pseudopod ini berubah secara terus-menerus.

Organisme air tawar, amoeba, merupakan contoh yang akrab dengan pseudopod. Organisme ini menggunakan pseudopod untuk bergerak dan menangkap makanan. Sel darah putih yang disebut neutrofil juga merayapi area sekitarnya mirip seperti amoeba dengan menggunakan pseudopod, dan ketika ada bakteri atau partikel asing lainnya muncul, neutrofil ini akan menjangkaunya dengan pseudopod mereka untuk mengelilingi dan kemudian menelan bakteri atau partikel asing tersebut.

Pseudopod


Sel makrofag jaringan yang berasal dari sel darah putih tertentu – juga menjangkau dengan pseudopod filamen tipis untuk menjerat bakteri dan menelannya untuk dicerna oleh sel. Layaknya petugas kebersihan kecil, makrofag menjaga jaringan kita tetap bersih dari benda asing dan mikroorganisme berbahaya. Trombosit darah juga menggunakan pseudopod untuk menempel satu sama lain dan menempel pada dinding pembuluh darah yang rusak sehingga membentuk tambalan yang dapat menghentikan perdarahan.


Referensi:

Saladin, K. S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education


Bentuk dan Ukuran Sel

Bentuk dan Ukuran Sel


Ada sekitar 200 jenis sel dalam tubuh manusia, dengan berbagai bentuk, ukuran, dan fungsi.

Bentuk-Bentuk Sel


Deskripsi dari struktur organ dan jaringan sering merujuk pada bentuk selnya. Berikut ini adalah beberapa bentuk sel yang umum:

● Skuamosa - tipis, datar, bersisik, sering dengan tonjolan di mana terdapat inti sel (contoh: sel yang melapisi kerongkongan dan membentuk lapisan permukaan epidermis kulit).

● Kuboid - persegi, hampir sama tinggi dan lebarnya (contoh: sel-sel dari organ hati).

● Kolumnar - tinggi lebih besar dari lebarnya (contoh: sel-sel pelapis pada lambung dan usus).

● Poligonal - memiliki bentuk sudut tidak beraturan dengan empat, lima, atau lebih sisi.

● Stellata - memiliki beberapa ujung runcing, memberikan bentuk yang agak mirip seperti bintang (contoh: sel tubuh pada banyak sel-sel saraf memiliki bentuk seperti bintang).

● Ovoid/Spheroid - berbentuk bulat oval (contoh:  sel telur dan sel darah putih).

● Discoid - berbentuk cakram (contoh: sel darah merah).

● Fusiform- memanjang dengan bagian tengah menebal dan ujung meruncing (contoh:  sel-sel otot polos).

● Fibrosa - panjang, ramping, dan mirip seperti benang (contoh: sel otot rangka dan akson dari serabut pada sel-sel saraf).

Dalam beberapa sel, penting untuk membedakan satu permukaan dari yang lainnya, karena permukaan sel mungkin berbeda dalam fungsi dan komposisi membrannya. Hal ini terutama berlaku dalam epitel, lapisan sel yang menutupi permukaan organ. Sel epitel terletak pada permukaan basal inferior sering melekat pada membran basal ekstraseluler. Permukaan atas sel disebut permukaan apikal, sedangkan sisi-sisinya adalah permukaan lateral.

Unit paling tepat untuk pengukuran sel adalah mikrometer (μm) yaitu 10^-6 meter atau seperjuta meter. Benda-benda terkecil yang kebanyakan orang bisa lihat dengan mata telanjang adalah sekitar 100 μm. Beberapa sel manusia memiliki ukuran dalam kisaran ini, seperti sel telur dan beberapa sel-sel lemak, namun kebanyakan sel manusia memiliki ukuran sekitar 10 sampai 15 μm. Sel-sel manusia yang terpanjang adalah sel-sel saraf (kadang-kadang lebih dari satu meter) dan sel-sel otot (hingga 30 cm), namun keduanya terlalu ramping untuk bisa dilihat dengan mata telanjang.


Referensi:

Saladin, K. S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education

Rongga dan Membran pada Tubuh Manusia

Rongga dan Membran pada Tubuh Manusia


Dinding tubuh membungkus beberapa rongga tubuh, masing-masing dilapisi dengan membran dan terdapat organ yang disebut visera.

Rongga dan Membran pada Tubuh Manusia

Rongga Kranial dan Kanal Vertebra

Rongga tengkorak tertutup oleh tulang tengkorak dan berisi organ otak. Kanal vertebra tertutup oleh kolom tulang belakang (spine, backbone) dan berisi sumsum tulang belakang. Keduanya dilapisi oleh tiga lapisan membran yang disebut meningen. Di antara fungsi lainnya, meningen melindungi jaringan saraf halus dari tulang pelindung keras yang membungkusnya, dan menghubungkan sumsum tulang belakang ke kolom vertebral dan membatasi gerakannya.

Rongga Dada (Thoraks)

Selama perkembangan embrio, ruang yang disebut coelom terbentuk pada tubuh manusia. Ini kemudian dipartisi oleh selembar otot, yaitu diafragma, menjadi rongga dada di atas dan rongga abdominopelvis di bagian bawah. Kedua rongga ini dilapisi dengan membran serosa tipis, yang mengeluarkan lapisan pelumas mirip dengan serum darah.

Rongga dada dibagi dengan partisi tebal yang disebut mediastinum. Bagian ini adalah daerah antara paru-paru yang membentang dari pangkal leher ke diafragma, diisi oleh organ jantung, pembuluh darah besar, esofagus, trakea dan bronkus, serta kelenjar yang disebut timus. Sebuah membran serosa dua lapis disebut perikardium membungkus jantung. Lapisan dalam dari perikardium membentuk permukaan jantung itu sendiri dan disebut perikardium viseral (epikardium). Lapisan luar disebut perikardium parietal. Ia terpisah dari perikardium viseral oleh ruang yang disebut rongga perikardial. Ruang ini dilumasi oleh lapisan tipis cairan perikardial.

Rongga dada sisi kanan dan kiri berisi paru-paru. Sebuah membran serosa yang disebut pleura membungkus setiap organ paru-paru. Seperti perikardium, pleura memiliki lapisan viseral (dalam) dan parietal (luar). Pleura viseral membentuk permukaan luar paru-paru, sedangkan pleura parietal melapisi bagian dalam tulang rusuk. Ruang sempit di antara mereka disebut rongga pleura yang dilumasi oleh cairan pelumas pleura (surfaktan).

Rongga Abdominopelvis

Rongga abdominopelvis terdiri dari rongga perut di bagian atas dan rongga panggul di bagian bawah. Rongga perut mengandung sebagian besar organ pencernaan serta limpa, ginjal, dan ureter. Terus ke bawah rongga perut ada rongga panggul (tidak ada dinding yang memisahkan mereka), tetapi dapat dikenali dengan bentuknya yang sempit dan agak miring. Rongga panggul berisi rektum, kandung kemih, uretra, dan organ reproduksi.

Rongga abdominopelvis berisi membran serosa dua-lapis yang disebut peritoneum. Peritoneum parietal melapisi dinding rongga. Peritoneum viseral bergulir ke dalam membungkus viseral abdomen (organ dalam abdomen), mengikat mereka ke dinding tubuh dan menjaga organ tersebut tetap berada di tempatnya. Rongga peritoneum adalah ruang antara lapisan peritoneum parietal dan visceral, ia dilumasi oleh cairan peritoneal.


Referensi:

Saladin, K. S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education

Sistem Organ pada Manusia

Sistem Organ pada Manusia


Ada 11 sistem organ dalam tubuh manusia. Sistem organ ini diklasifikasikan dalam daftar di bawah berikut ini sesuai dengan fungsi utama mereka.



Beberapa organ menjadi bagian dari dua atau lebih sistem - misalnya, uretra pada laki-laki adalah bagian dari saluran perkemihan dan saluran reproduksi sekaligus; faring adalah bagian dari saluran sistem pencernaan dan pernafasan sekaligus; dan kelenjar susu (mammae) termasuk ke dalam sistem integumen dan sistem reproduksi wanita sekaligus.

Sistem untuk perlindungan, support, dan gerakan
Sistem integumen
Sistem rangka (skeletal)
Sistem otot (muskular)

Sistem untuk komunikasi internal dan integrasi
Sistem persarafan
Sistem endokrin

Sistem transportasi cairan
Sistem sirkulasi (kardiovaskuler)
Sistem limfatik (dan imun)

Sistem intake dan output
Sistem pernapasan (respirasi)
Sistem pencernaan
Sistem perkemihan

Sistem untuk reproduksi
Sistem reproduksi laki-laki
Sistem reproduksi wanita

Beberapa istilah medis biasanya menggabungkan nama dua sistem karena fungsional terkait misalnya, sistem muskuloskeletal, sistem kardiopulmoner, dan sistem urogenital (genitourinari). Hal tersebut menggambarkan bahwa ada hubungan secara anatomis atau fisiologis yang erat antara dua sistem tersebut.


Referensi:

Saladin, K. S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education

Tingkat Struktur Tubuh Manusia

Tingkat Struktur Tubuh Manusia


Suatu organisme terdiri dari sistem organ, sistem organ terdiri dari organ, organ terdiri dari jaringan, jaringan terdiri dari sel-sel, sel (sebagian) terdiri dari organel, organel terdiri dari molekul, dan molekul terdiri dari atom.

Tingkat Struktur Tubuh Manusia


Sebuah sistem organ adalah sekelompok organ yang melakukan fungsi dasar organisme seperti sirkulasi, respirasi, atau pencernaan. Tubuh manusia memiliki 11 sistem organ. Biasanya organ-organ pada suatu sistem organ secara fisik saling berhubungan, seperti ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra yang membentuk sistem perkemihan. Namun ada juga yang tidak terhubung dan berdekatan seperti sistem endokrin yang merupakan sekelompok kelenjar yang mensekresi hormon dan jaringan  dan sebagian besar tidak memiliki koneksi fisik satu sama lain.

Organ adalah struktur yang memiliki batas-batas anatomis yang pasti secara visual, dapat dibedakan dari organ-organ yang berdekatan, serta terdiri dari dua atau lebih jenis jaringan yang bekerja sama untuk melaksanakan fungsi tertentu. Sebagian besar organ dapat dilihat secara kasat mata. Namun, ada organ yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Kulit, misalnya, adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Namun di dalam kulit ada ribuan organ kecil: folikel rambut, kuku, kelenjar keringat, saraf, dan pembuluh darah.

Jaringan adalah massa sel yang sama dan produk sel yang membentuk wilayah organ dan melakukan fungsi tertentu. Tubuh manusia hanya terdiri dari empat kelas utama dari jaringan, yaitu: jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan saraf, dan jaringan otot. Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jaringan.

Sel adalah unit terkecil dari suatu organisme hidup. Sebuah sel tertutup dalam membran plasma yang terdiri dari lipid dan protein, dan biasanya memiliki satu nukleus, yaitu organel yang mengandung sebagian DNA dari sel. Sitologi merupakan ilmu yang  mempelajari sel dan organel.

Organel adalah struktur mikroskopis dalam sel yang melaksanakan fungsi tertentu. Organel meliputi inti sel, mitokondria, lisosom, sentriol, dan lain-lain. Organel dan komponen seluler lainnya terdiri dari molekul - partikel minimal dua atom yang bergabung dengan ikatan kimia. Molekul-molekul terbesar, seperti protein, lemak, dan DNA, disebut makromolekul.


Referensi:

Saladin, K. S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education

Budaya Hidup Sehat - Panduan Budaya Hidup Sehat

Budaya Hidup Sehat - Panduan Budaya Hidup Sehat

Budaya Hidup Sehat



Definisi Sehat
Komponen Kesehatan
   Kesehatan Fisik
   Kesehatan Psikologis
   Kesehatan Sosial
   Kesehatan Intelektual
   Kesehatan Spiritual
   Kesehatan Lingkungan
Budaya Hidup Sehat


Definisi Sehat

Kebanyakan orang bisa menggambarkan bagaimana rasanya menjadi sehat atau sakit, tetapi untuk mendefinisikan kesehatan bukanlah perkara mudah. Pada tahun 1948, konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan lengkapnya kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya karena tidak adanya penyakit atau kelemaha.” Banyak pendapat menganggap definisi ini terlalu sempit. Lihatlah orang pada gambar di bawah, meskipun mereka berada di kursi roda, mereka mampu bersaing sebagai atlet. Jika kita menilai kesehatan mereka menggunakan definisi WHO, maka dapat disimpulkan bahwa mereka tidak sehat. Banyak orang yang cacat fisik mampu beraktivitas dengan baik di masyarakat dan tidak menganggap diri mereka sakit atau lemah.[1]

Atlet Balap Kursi Roda


Piagam Ottawa tentang Promosi Kesehatan juga mendefinisikan kesehatan. Menurut piagam ini, kesehatan membutuhkan kedamaian, tempat tinggal, pendidikan, makanan, penghasilan (uang), ekosistem yang stabil, sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial dan keadilan.[1]

Psikolog ahli perilaku (behaviorist), Godfrey Hochbaum, juga mengusulkan definisi sederhana untuk kesehatan: “Kesehatan adalah apa yang bisa membantu saya menjadi apa yang saya inginkan .... melakukan apa yang saya ingin lakukan .... (dan) hidup dengan cara yang saya inginkan.” Menggunakan definisi Hochbaum, kita dapat menyimpulkan bahwa atlet berkursi roda pada gambar di atas tergolong sehat, sama sehatnya dengan orang yang mampu berjalan normal.[1]


Komponen Kesehatan

Untuk bisa menerapkan budaya hidup sehat, kita harus memahami terlebih dahulu tentang kesehatan. Ada beberapa komponen dalam kesehatan yang holistik, yaitu antara lain: kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial, kesehatan intelektual, kesehatan spiritual, dan kesehatan lingkungan.[1]

• Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik mengacu pada kondisi keseluruhan sistem organ, seperti misalnya sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), sistem pernafasan (paru-paru), sistem reproduksi, dan sistem saraf. Sistem pada orang yang sehat berfungsi dengan baik; individu yang sehat secara fisik akan merasa dirinya sehat dan bebas dari penyakit.

Ketika organ tidak berfungsi normal, individu akan memiliki berbagai tanda dan gejala penyakit. Tanda (sign) adalah fitur yang dapat diamati dan diukur dari suatu penyakit, seperti demam (tubuh panas), ruam, bengkak, kulit berubah warna menjadi abnormal, dan lain sebagainya. Gejala (symptom) adalah keluhan subjektif dari penyakit, seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri.

Kondisi penyakit akut, seperti flu biasa atau infeksi yang ditularkan melalui makanan (yang biasanya menyebabkan diare), cenderung berkembang cepat dan bisa sembuh dalam beberapa hari atau minggu. Sedangkan yang disebut dengan kondisi penyakit kronis adalah kondisi penyakit yang memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan untuk berkembang, berlangsung, dan mempengaruhi hidup seseorang. Hal ini dikarenakan periode penyakitnya yang lebih lama, dan bahkan dalam beberapa kasus bisa menjadi seumur hidup.

• Kesehatan Psikologis

Kesehatan psikologis (mental) melibatkan kemampuan untuk secara efektif menghadapi tantangan psikologis dalam kehidupan. Orang yang sehat secara psikologis dapat menerima tanggung jawab atas perilaku mereka, merasa baik tentang diri mereka sendiri dan orang lain, merasa nyaman dengan emosi mereka (perasaan), memiliki pemikiran positif, dan pandangan yang realistis tentang kehidupan. Meskipun pengalaman seperti kehilangan pekerjaan atau anggota keluarga menyebabkan stres atau kesedihan, orang yang sehat secara psikologis dapat membatasi sejauh mana krisis ini mempengaruhi kehidupan mereka.

• Kesehatan Sosial

Kesehatan sosial adalah rasa kesejahteraan di mana seorang individu membentuk hubungan yang suportif secara emosional dengan anggota keluarga, teman, dan kerabat. Orang yang sehat secara sosial tidak hidup dalam isolasi mereka malah akan aktif dalam kelompok-kelompok sosial atau bahkan ikut dalam organisasi untuk memperkuat dimensi kesehatan sosialnya.

• Kesehatan Intelektual

kesehatan intelektual adalah kemampuan untuk pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi lainnya yang secara efektif digunakan untuk mengatasi tantangan dalam kehidupan. Orang yang sehat secara intelektual akan menganalisis situasi, menentukan alternatif tindakan, dan membuat keputusan dengan baik dan efektif. Setelah membuat keputusan, individu yang sehat intelektualnya akan dapat menilai efektivitas pilihan mereka dan belajar dari pengalaman mereka. Keterampilan intelektual yang efektif memungkinkan orang untuk merasa mampu mengendalikan kehidupan mereka.

• Kesehatan Spiritual

Kesehatan spiritual adalah keyakinan bahwa diri kita adalah bagian dari skema kehidupan yang lebih besar dan keyakinan bahwa kehidupan seseorang pasti memiliki tujuan. Namun, spiritualitas di sini tidak terbatas pada mereka yang menjadi penganut agama tertentu. Orang dapat mengembangkan kesehatan spiritualitas mereka tanpa menjadi penganut agama tertentu. Apapun sifat spiritualitas mereka, banyak individu bisa mencapai rasa kedamaian batin dan harmoni serta pemenuhan emosional dengan mempercayai bahwa kehidupan mereka memiliki suatu tujuan. Seperti dalam dimensi kesehatan lainnya, gangguan dalam kesehatan spiritual dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan seseorang.

• Kesehatan Lingkungan

Tidak ada komponen kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan individu sebanyak apa yang dilakukan kesehatan lingkungan. Lingkungan ialah tempat di mana kita hidup, bekerja, dan bermain. Masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan meliputi ketersediaan air dan udara yang bersih, pengelolaan limbah, dan pengendalian masalah sosial seperti kriminal dan kekerasan keluarga. Manusia tidak dapat mencapai tingkat kesehatan yang tinggi jika lingkungan mereka tercemar atau tidak aman.

Gambar di bawah ini adalah model yang menggambarkan bagaimana enam komponen kesehatan yang telah dijelaskan di atas, saling terkait dan terintegrasi ke dalam pendekatan holistik untuk memahami kesehatan. Model ini memasukkan komponen kesehatan fisik dan psikologis sebagai inti dari komponen kesehatan lingkungan yang menjadi lingkaran terbesar. Komponen kesehatan sosial, intelektual, dan spiritual melibatkan proses berpikir; oleh karena itu, mereka ditemukan dalam dimensi kesehatan psikologis. Lihat juga bagaimana lingkaran kesehatan fisik dan psikologis saling tumpang tindih untuk mengilustrasikan bagaimana tubuh dan pikiran terintegrasi dengan erat. Ketika komponen kesehatan ini sama-sama dalam keadaan baik, maka individu akan memiliki rasa kesejahteraan yang optimal.

Gambar Model Komponen Kesehatan


Budaya Hidup Sehat

Dari penjelasan tentang komponen kesehatan di atas, Anda bisa tahu bagaimana sebenarnya cara mencapai kesehatan yang holistik. 

Ada banyak cara yang berbeda untuk mendapatkan kehidupan yang sehat, umur panjang, dan menjadi awet muda. Kita bisa makan makanan yang beragam dan bergizi; mengurangi beberapa jenis makanan yang mengandung tinggi lemak, garam dan pengawet; berolahraga; beraktivitas di luar; memantau tingkat stres; dan mengkonsumsi jenis vitamin yang tepat sesuai kebutuhan. Untuk cara-cara lainnya bisa Anda pikirkan sendiri setelah Anda benar-benar memahami apa arti kesehatan dan apa saja komponen di dalamnya.[2]

Misalnya saja: untuk kesehatan fisik, Anda bisa melakukan olahraga rutin, makan makanan yang bergizi, dan rutin cek kesehatan; untuk kesehatan psikologis, Anda bisa memanajemen stres; untuk kesehatan sosial, Anda bisa bersosial dengan teman, keluarga, atau kerabat dan jangan terlalu menyendiri; untuk kesehatan intelektual, Anda bisa membaca buku atau menambah ilmu lewat berbagai sumber informasi; untuk kesehatan spiritual, Anda bisa mendekatkan diri kepada Tuhan atau sekedar mencari tujuan hidup Anda dan mencari ketenangan batin; sementara untuk kesehatan lingkungan, Anda bisa menjaga kebersihan lingkungan sekitar, dan mencegah segala macam polusi (air, udara, suara, dll).

Berikut ini kami paparkan contoh program harian yang dapat Anda lakukan sebagai budaya hidup sehat yang kami adaptasi dari buku “Healthy Living: Life-boosting, stress-beating, age-busting ways to total health.” Harus diingat bahwa daftar ini hanyalah contoh. Waktu spesifik, jenis makanan, minuman, suplemen, dan kegiatan yang Anda miliki mungkin berbeda. Jadikanlah daftar ini sebagai panduan.[2]

07:30 Selalu mulai hari Anda dengan sarapan.

Orang-orang yang sarapan menurut hasil penelitian, mempunyai angka harapan hidup lebih lama daripada orang yang tidak sarapan, asalkan jenis sarapan yang dipilih adalah sereal berbasis gandum atau roti yang dikenal baik untuk kesehatan dikarenakan ia mengandung karbohidrat kompleks. Jangan lupa tambahkan secangkir teh hijau dan sepotong buah untuk meningkatkan antioksidan dalam tubuh Anda agar mampu melawan radikal bebas.

07:45 Minum segelas air dan konsumsi suplemen vitamin yang Anda butuhkan.

Kebanyakan orang tidak mendapatkan kebutuhan vitamin dan mineral esensial harian yang direkomendasikan. Cari referensi yang terpercaya tentang kebutuhan nutrisi harian Anda sesuai kebutuhan spesifik Anda. Lalu konsumsi sesuai dosis dan cara yang benar.

08:00 Sikat dan floss gigi Anda.

Dengan melakukan hal ini, kita dapat menjadi 6 tahun lebih muda secara biologis (biological age). Bakteri yang menyebabkan penyakit pada gusi juga dapat menyerang pembuluh darah arteri yang dapat menyebabkan penyakit jantung.

08:30 Lakukan setidaknya sedikit jalan kaki untuk pergi sekolah atau bekerja atau berolahragalah!

Berolahraga minimal 30 menit setiap hari adalah cara terbaik untuk menjaga jantung dan paru-paru dalam kondisi yang baik.

09:00 Minum segelas air dan cobalah untuk memenuhi minimal kebutuhan cairan 8 gelas per hari.

Air adalah komponen terbanyak dalam tubuh kita. Dengan memenuhi kebutuhan cairan harian, kita dapat membuang racun atau zat sisa lewat pengeluaran urin dan keringat.

10:00 Minum secangkir teh (lagi).

Banyak hasil penelitian yang menyatakan luar biasanya manfaat teh bagi kesehatan. Teh yang baik adalah teh yang masih segar (baru diseduh) dan tanpa tambahan pemanis. Serta selalu peras teh celup Anda karena ia akan memberikan dua kali lebih banyak antioksidan.

10:30 Terhubung dengan teman dan kolega.

Orang yang mempunyai jaringan sosial yang kuat dengan teman dan keluarga mempunyai hidup yang relatif lebih panjang dan lebih sehat daripada jenis orang yang lebih soliter (penyendiri). Hal ini berkaitan dengan kesehatan sosial dan psikologis. Karena dengan berinteraksi dengan orang yang dekat dengan kita, kita akan lebih mudah menghadapi stressor yang ada dalam kehidupan.

12:30 Lakukan yoga atau setidaknya tenangkan diri.

Dengan melakukan hal ini, kita dapat menyeimbangkan semua sistem tubuh dan membuat organ kita bekerja secara efisien.

13:30 Makanlah salad ‘pelangi’ untuk makan siang.

Gunakan banyak sayuran dengan warna berbeda - paprika merah, selada air, parutan wortel, daun bayam, dan tomat ceri sebagai komposisi salad. Tambahkan minyak zaitun dan vinegar, dan taburi dengan beberapa biji wijen untuk menyempurnakan paket antioksidan. Buah dan sayuran yang alami kaya akan antioksidan, vitamin, dan mineral, serta serat yang penting bagi kesehatan.

15:30 Naik tanggalah sesekali (daripada lift atau eskalator).

Menurut hasil kalkulasi penghitungan kalori dan berat badan, menaiki dan menuruni tangga enam kali sehari sama dengan mencegah kenaikan berat badan 2 kg per tahun. Namun, bukan berarti Anda harus benar-benar menaiki tangga. Inti dari saran ini adalah, jangan terlalu malas untuk bergerak. Jangan terlalu bergantung pada mesin atau alat. Contoh lain adalah, jika kita akan menuju suatu tempat yang tidak terlalu jauh, entah itu untuk berangkat sekolah atau sekedar ke warung yang jaraknya dekat, jangan terlalu sering menggunakan kendaraan bermotor. Berjalan kaki atau bersepeda itu jauh lebih sehat.

18:00 Bermeditasi atau lakukan teknik nafas dalam.

Anda akan menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak jantung Anda di mana keduanya baik untuk kesehatan jantung Anda. Tutup mata dan bernapaslah dalam-dalam melalui hidung dan keluarkan melalui mulut dengan bibir seperti akan meniup dengan perlahan. Cobalah untuk mengosongkan pikiran Anda dan berkonsentrasilah hanya pada nafas Anda, rasakan keluar masuknya udara secara perlahan. Tetap fokus melakukan ini untuk sekitar 10-15 menit.

20:00 Makanlah salmon (atau ikan ‘berminyak’ lain) untuk makan malam.

Ikan berminyak seperti salmon, mackerel, sarden, trout ataupun tuna dapat menjaga otak agar tetap sehat dan dapat mencegah Alzheimer jika dimakan setidaknya dua kali seminggu. Hal ini dikarenakan jenis ikan ini kaya akan omega-3, di mana omega-3 ini sangat diperlukan untuk mengimbangi asupan omega-6 yang rata-rata sudah banyak didapatkan dari makanan lain. Penelitian menunjukkan, kita harus menyeimbangkan asupan antara omega-3 dan omega-6 pada rasio tertentu agar tubuh berfungsi dengan baik dan sekaligus mencegah stres oksidatif pada tubuh. Asupan omega-3 juga baik untuk mencegah inflamasi karena ia termasuk ke dalam sumber nutrisi anti-inflammatory.

21:00 Tontonlah acara TV / DVD yang lucu (misalnya yang bertema komedi).

Tertawa akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi efek penuaan akibat hormon stres pada tubuh.

22:00 Dapatkan tidur yang berkualitas.

Tidur merupakan kesempatan bagi tubuh untuk melepaskan hormon pertumbuhan dan memperbaiki diri dari luar dan dalam. Sel-sel akan beregenerasi dengan optimal selama tidur dan pelepasan hormon pertumbuhan (growth hormone). Waktu tidur yang baik dan efektif adalah sekitar enam sampai delapan jam setiap malam. Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, sebaiknya Anda menjauhkan segala macam yang dapat menggangu tidur Anda. Matikan TV, lampu, atau segala macam sumber cahaya atau suara yang dapat mengganggu kualitas tidur.


Referensi:

[1] Housman, J., & Odum, M. (2016). Alters and Schiff Essentials Concept of Healthy Living. Burlington: Jones & Barlett Learning

[2] Wilson, Elisabeth. (2009). Healthy Living: Life-boosting, stress-beating, age-busting ways to total health. Oxford: Infinite Ideas Ltd.

Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar

Pertolongan Pertama pada Luka Bakar

Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar


Jenis Luka Bakar Berdasarkan Penyebabnya
   Luka Bakar Termal (Panas)
   Luka Bakar Kimia
   Luka Bakar Listrik
Kedalaman pada Luka Bakar
   Luka bakar derajat satu (superfisial)
   Luka bakar derajat dua (kedalaman parsial)
   Luka bakar derajat tiga (kedalaman penuh)
Luas Permukaan pada Luka Bakar
Penanganan Luka Bakar
   Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Termal
   Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Kimia
   Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Listrik


Luka bakar terjadi karena disebabkan oleh paparan yang berlebihan tubuh terhadap panas, seperti api, cairan panas, bahan kimia, listrik atau radiasi. Api dan air mendidih merupakan dua penyebab paling umum dari luka bakar. Orang yang menderita luka bakar sering mengalami fase kritis. Sistem tubuh tidak hanya terancam dari efek fisiologis dan psikologis, namun juga trauma fisik lainnya yang mungkin terjadi secara bersamaan.[1]

Jenis Luka Bakar Berdasarkan Penyebabnya

Luka bakar dapat dibagi sesuai penyebabnya, ia adalah luka bakar termal (panas), luka bakar kimia,dan luka bakar listrik.[2]

• Luka bakar termal (panas)

Luka bakar termal dapat disebabkan oleh api, kontak dengan benda panas, ledakan, uap panas, ataupun cairan panas.

• Luka bakar kimia

Bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan jika bahan kimia tersebut kontak dengan kulit. Ada tiga jenis bahan kimia yang bertanggung jawab dalam sebagian besar luka bakar kimia yaitu, asam, alkali, dan senyawa organik lain.

• Luka bakar listrik

Keparahan dari luka bakar akibat kontak dengan arus listrik bergantung pada jenis arus listriknya, besar tegangan (voltase), area tubuh terkena, dan lama durasi kontak yang terjadi.


Kedalaman pada Luka Bakar

Secara umum, berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:[2]

Derajat Luka Bakar

1. Luka bakar derajat satu (superfisial)

Luka bakar ini melibatkan lapisan luar kulit (epidermis). Karakteristik dari luka bakar derajat satu adalah adanya kemerahan, pembengkakan ringan dan nyeri. Penyembuhan biasanya terjadi tanpa bekas luka, dan biasanya memakan waktu seminggu.

 2. Luka bakar derajat dua (kedalaman parsial)

Luka bakar ini lebih dalam melewati lapisan luar kulit hingga ke lapisan kulit bagian dalam. Adanya lecet, bengkak, rasa nyeri yang berat  merupakan ciri dari luka bakar ini. Selain itu juga terjadi keluarnya cairan, hal ini terjadi karena pembuluh kapiler darah di dermis rusak sehingga menyebabkannya mengalirkan carian ke jaringan sekitarnya.

3. Luka bakar derajat tiga (kedalaman penuh)

Luka bakar ini merupakan luka bakar parah yang menembus semua lapisan kulit hingga bisa mencapai jaringan lemak dan otot di bawahnya. Kulit akan tampak seperti lilin yang kasar atau berwarna abu-abu dan kadang-kadang hangus. Luka ini relatif kering dikarenakan pembuluh darah kapiler telah hancur dan tidak ada cairan yang dialirkan ke jaringan yang terkena luka bakar. Kulit tidak pucat jika ditekan karena jaringan kulitnya sudah mati. Korban sering tidak merasakan sakit akibat luka bakar tingkat tiga ini, karena ujung saraf sebagai reseptor nyeri telah sepenuhnya rusak. Jika terasa nyeri, itu  adalah berasal dari luka bakar di sekitarnya di mana derajat luka bakar lebih rendah sehingga masih mengenai ujung saraf. Luka bakar tingkat tiga membutuhkan perawatan medis yang melibatkan proses pengangkatan jaringan mati dan sering disertai dengan prosedur cangkok kulit untuk menyembuhkan luka secara total.


Luas Permukaan pada Luka Bakar

Perkiraan penghitungan dapat cepat dilakukan dalam persentase permukaan tubuh yang terbakar dengan menggunakan rule-of-nine (Gambar). Rule-of-nine digunakan untuk pasien dewasa saja dan tidak boleh digunakan untuk anak di bawah usia 15 tahun. (penghitungannya berbeda, jika digunakan pada anak-anak, maka akan terjadi kesalahan penghitungan dan penanganan yang tidak tepat)[3]

Rule of nine untuk pengukuran luas luka bakar


Jika sekitar 10 persen atau lebih permukaan tubuh anak dan 15 persen atau lebih pada orang dewasa terbakar, luka bakar yang terjadi dianggap sebagai cedera mayor (besar/berat). Pasien ini memerlukan rawat inap dan cairan pengganti segera untuk mencegah syok (hipovolemik).[3]


Penanganan Luka Bakar

● Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Termal

Tujuan utama dari penanganan luka bakar adalah untuk mengurangi rasa sakit (nyeri), mencegah infeksi, dan menentukan kebutuhan untuk perawatan medis. Kebanyakan luka bakar ringan dan dapat dikelola tanpa perawatan medis. Jika pakaian korban terbakar (saat kejadian), gunakan metode “stop-drop-roll”, yaitu berhenti (jangan panik), lalu baring ke tanah, dan kemudian berguling sebagai usaha untuk memadamkan api. Penolong juga dapat memadamkan api tersebut dengan selimut yang basah atau langsung menyiram korban dengan air.[3]

Pertolongan pertama pada luka bakar termal derajat satu

1. Dinginkan luka bakar dengan air dingin sampai rasa nyeri berkurang hingga minimal (biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit)

2. Setelah luka bakar dingin, oleskan gel lidah buaya atau pelembab untuk menjaga kulit agar tetap lembab serta untuk mengurangi rasa gatal dan pengelupasan.

3. Berikan obat pereda nyeri seperti ibuprofen.

Pertolongan pertama pada luka bakar termal derajat dua <10%

1. Dinginkan luka bakar dengan air dingin sampai rasa nyeri berkurang hingga minimal (biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit)

2. Setelah luka bakar dingin, oleskan salep antibiotik. Jangan mengoleskan lotion atau gel lidah buaya pada luka bakar yang lebih dari derajat satu.

3. Tutup luka bakar dengan longgar menggunakan dressing (balutan) yang steril, kering, dan tidak lengket. Jangan pecahkan gelembung yang terbentuk pada luka bakar.

4. Berikan obat pereda nyeri seperti ibuprofen.

5. Cari bantuan medis segera.

Pertolongan pertama pada luka bakar termal derajat tiga dan derajat dua yang > 20%

1. Lepaskan pakaian dan perhiasan yang tidak terjebak pada area yang terbakar (jangan memaksa melepas pakaian dan perhiasan pada area yang terkena luka bakar karena dapat memperparah luka oleh adanya tarikan serta dapat membuat korban merasa kesakitan).

2. Tutup luka bakar dengan longgar menggunakan dressing (balutan) yang steril, kering, dan tidak lengket.

3. Atasi syok yang terjadi (utamakan paramedis atau orang yang paham tentang syok untuk menangani).

4. Panggil ambulans / bantuan gawat darurat terdekat.

● Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Kimia

Luka bakar kimia terjadi ketika zat yang bersifat kaustik atau korosif menyentuh kulit. Zat-zat tersebut termasuklah asam, alkali, dan senyawa organik. Karena bahan kimia sifatnya terus membakar selama ia kontak dengan kulit, mereka harus dihilangkan dari kulit secepat mungkin.[3]

Pertolongan pertama untuk sebagian besar luka bakar kimia adalah sama, pengecualian untuk luka bakar kimia yang disebabkan bahan kimia tertentu di mana penetral kimia harus digunakan. Alkali seperti pembersih saluran menyebabkan luka bakar lebih serius daripada asam seperti pada aki karena ia dapat menembus lebih dalam dan dapat tetap aktif lebih lama.[3]

Tindakan pertolongan pertama luka bakar kimia

1. Segera basuh daerah luka bakar dengan sejumlah besar air selama 20 menit. Jika bahan kimia berbentuk bubuk kering, singkirkan terlebih dahulu bubuk tersebut dari kulit sebelum membilasnya dengan air.

2. Lepaskan pakaian dan perhiasan korban yang terkontaminasi sambil dilakukannya pembilasan dengan air.

3. Tutup luka bakar menggunakan dressing (balutan) yang steril atau bersih.

4. Cari bantuan medis segera.

PERINGATAN!!

Jangan gunakan air dengan tekanan tinggi karena ia akan mendorong bahan kimia untuk masuk lebih dalam ke jaringan.

Kenakan sarung tangan medis sebelum membantu korban luka bakar kimia untuk melindungi kulit Anda sebagai penolong.

● Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Listrik

Luka bakar yang disebabkan oleh listrik dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu luka bakar termal (api), luka bakar arc (flash), dan luka bakar listrik sebenarnya (kontak). Luka bakar termal oleh listrik terjadi ketika kulit bersentuhan dengan api yang muncul akibat arus listrik. Cedera ini disebabkan oleh api yang dihasilkan oleh arus listrik, bukan oleh adanya arus listrik atau flash yang mengenai tubuh secara langsung. Luka bakar arc (flash) terjadi ketika listrik meloncat dari satu tempat ke tempat lain. Meskipun durasinya relatif singkat, ia biasanya masih dapat menyebabkan luka bakar superfisial yang luas.[3]

Luka bakar listrik sebenarnya (true electrical burns) terjadi ketika arus listrik langsung melewati tubuh, yang dapat mengganggu irama jantung normal dan menyebabkan cardiac arrest, cedera internal lain, dan tentu saja luka bakar. Biasanya, arus listrik yang masuk ke tubuh akan keluar pada area di mana tubuh menyentuh permukaan benda logam atau kontak dengan tanah. Oleh karena itu, luka bakar listrik ini sering ditandai dengan luka bakar pada dua area yaitu di mana arus listrik masuk dan keluar.[3]

Tindakan pertolongan pertama luka bakar listrik

1. Pastikan lingkungan aman. Cabut, lepaskan, atau mematikan daya arus listrik. Jika hal itu tidak mungkin, segera panggil bantuan.

2. Periksa tingkat kesadaran dan pernapasan korban.

3. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) jika perlu.

4. Atasi syok yang terjadi (utamakan paramedis atau orang yang paham tentang syok untuk menangani).

5. Tutup luka bakar menggunakan dressing (balutan) yang kering dan steril.

6. Panggil ambulans / bantuan gawat darurat terdekat.


Referensi:

[1]  Jeschke, Marc G., Kamolz, Lars-Peter, et al. (2012). Handbook of Burns: Acute Burn Care Volume 1. Wien: Springer-Verlag

[2]  Clement, I. (2012). Textbook on Fisrt Aid and Emergency Nursing. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers

[3] AAOS. (2012). First Aid - Sixth Edition. London: Jones & Bartlett Learning

Operasi Sinusitis - Jenis Jenis Operasi Sinusitis

Operasi Sinusitis - Jenis Jenis Operasi Sinusitis

Operasi Sinusitis


Anatomi dan Fungsi Sinus
    Anatomi Sinus
    Fungsi Sinus
Penyakit Sinusitis
    Definisi dan Klasifikasi Sinusitis
    Etiologi Sinusitis
    Tanda dan Gejala Sinusitis
    Terapi Sinusitis
Jenis Operasi Sinusitis
    Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (FESS)
    Punktur Antrum (Penusukan pada Antrum)
    Antrostomi


Anatomi dan Fungsi Sinus

Sinus Paranasal

● Anatomi Sinus

Sinus secara istilah berarti ruang/rongga. Istilah sinus yang dipakai untuk penyakit sinusitis sering mengacu pada rongga yang berada di sekitar hidung. Untuk selanjutnya kita menggunakan istilah sinus paranasal (nasal= hidung).[1]

Di sekitar rongga hidung terdapat ruang-ruang/rongga yang disebut sinus paranasal (ingat bahwa sinus paranasal berbeda dengan rongga hidung). Dalam tubuh manusia terdapat 4 pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila kanan dan kiri, sinus frontal kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri serta sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui suatu lubang yang disebut ostium.[1]

● Fungsi Sinus

Fisiologi dan fungsi dari sinus saat ini masih terus dipelajari oleh peneliti. Beberapa fungsi yang telah diketahui dari sinus paranasal ini antara lain: untuk menjaga kelembaban udara saat inspirasi (menghirup udara saat bernapas), untuk pengaturan tekanan intranasal, berperan dalam sistem pertahanan (imun), menambah area permukaan mukosa (untuk keperluan olfaktori/penciuman), meringankan tengkorak, untuk resonansi suara, serta dapat berperan dalam menahan guncangan pada tengkorak (kepala). [2]


Penyakit Sinusitis

● Definisi dan Klasifikasi Sinusitis

Sinusitis adalah inflamasi yang terjadi pada permukaan mukosa sinus paranasal. Sinusitis memiliki beberapa jenis, yaitu sinus akut, sinus subakut, dan sinus kronis. Sinusitis akut biasanya dapat sembuh dengan terapi dalam 2-3 minggu; sinusitis subakut dalam 4-12 minggu; sedangkan sinusitis kronis dapat sembuh dalam jangka terapi selama lebih dari 12 minggu. Jadi, pada dasarnya sinusitis kronis merupakan sinusitis akut yang episode infeksinya terus berlanjut hingga lebih dari 12 minggu.[3]

● Etiologi Sinusitis

Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, fungi, atau bahkan akibat reaksi alergi. Kebanyakan penyakit sinusitis ini melibatkan sinus maksila dan etmoid. Sinus maksila merupakan sinus terbesar dari sinus paranasal. Ostium/lubang dai sinus maksila ini mengarah ke arah atas menuju rongga hidung, sehingga pengaruh gravitasi menjadikannya mudah terkena infeksi dikarenakan cairan atau lendir yang mudah tertampung di dalam sinus maksila.[3]

Sinusitis dapat terjadi akibat infeksi yang terjadi di rongga pernapasan. Cairan infeksius dari rongga pernapasan dapat mengalir ke arah sinus (utamanya sinus maksila, akibat pengaruh gravitasi) sehingga berpleuang besar terjadi infeksi sinusitis. Selain itu, sinusitis juga dapat terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi ataupun cairan yang masuk akibat menyelam atau berenang.[3]

● Tanda dan Gejala Sinusitis

Tanda dan gejala dari penyakit ini antara lain: hidung tersumbat, lendir hidung yang purulen (bernanah, berwarna kekuningan atau bahkan hijau), rasa sakit kepala yang semakin berat jika pasien membungkuk ke depan (berkaitan dengan peningkatan tekanan intranasal), serta nyeri di area wajah dan gigi. Demam, kelemahan, dan gejala lainnya juga sering ditemukan pada pasien sinusitis. Ada kaitan antara sinusitis dan asma. Insiden sinusitis pada pasien dengan asma berada dalam rentang antara 40-75%.[3]

● Terapi Sinusitis

Penanganan sinusitis sering berdasarkan pada gejala yang dialami. Gejala seperti rinorea, bersin, dan batuk sering berkaitan dengan sinusitis. Obat-obat seperti antihistamin, OAINS (obat anti-inflamasi non-steroidal), dan dekongestan serta antitusif (penekan batuk) sering diberikan pada pasien sinusitis. Pada kasus tertentu jika sinusitis sudah semakin parah dan sulit disembuhkan dengan medikasi, prosedur operasi sinusitis dapat dilakukan.[3]


Jenis Operasi Sinusitis

Mengingat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keparahan penyakit, kombinasi dari kedua terapi medis dan operasi dapat memainkan peran dalam kelanjutan manajemen penyakit pasien.[4]

Dalam menentukan pasien yang  tepat untuk operasi, keputusan harus didasarkan pada kemungkinan bahwa prosedur bedah mampu menawarkan perbaikan yang diinginkan. Pasien dengan diagnosis rhinosinusitis (sinusitis hidung) yang belum terbebas dari gejala setelah terapi medikasi (obat) yang maksimal paling mungkin untuk mendapatkan manfaat dari prosedur operasi sinusitis. [5]

Pengetahuan yang mendalam tentang anatomi sinus diperlukan oleh dokter bedah THT untuk operasi sinusitis yang aman dan efektif.  Ada beberapa jenis operasi untuk mengatasi sinusitis. Salah satu operasi sinusitis yang sering dipakai oleh para dokter bedah spesialis THT saat ini adalah operasi yang dinamakan bedah sinus endoskopi fungsional (FESS).[4]

● Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (FESS)

Prosedur ini merupakan kemajuan terbaru dalam pengobatan penyakit sinus. Mengenai konsep prosedur FESS, telah jelas bahwa dengan membuka blokir pada ostium sinus maka akan mengembalikan drainase dan ventilasi normal dari sinus sehingga mukosa yang terinflamasi akan juga kembali normal. Dengan FESS, dokter tidak perlu membuang semua mukosa yang terinfeksi. [6]

Bedah sinus endoskopi fungsional (FESS) adalah prosedur bedah yang minimal invasif. Ia disebut fungsional karena tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi sinus dengan menyediakan drainase dan aerasi udara, dengan cara menghilangkan obstruksi pada ostia alami dari sinus.[6]

Prinsip utama dari bedah sinus endoskopi fungsional (FESS) adalah menyesuaikan operasi dengan tingkat penyakit, menjaga sebanyak mungkin mukosa yang sehat, dan meperbaiki kembali drainase sinus serta aliran udara dengan cara memperbesar ostium. Karena efektivitasnya, tingkat keamanannya, morbiditas yang rendah, invasi yang minimal, serta akses yang lebih baik dalam hal visualisasi; bedah sinus dengan endoskopi juga dilakukan untuk berbagai indikasi selain inflamasi sinusitis.[7]

Sebelum dilakukan operasi, dokter perlu melakukan pengkajian mendalam tentang kondisi penyakit sinusistis pasien. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor teknis, mukosa, dan sistemik yang dapat berkontribusi terhadap hasil operasi.[5]

Kemajuan teknologi dalam modalitas diagnostik dan bedah diperlukan untuk membuat prosedur operasi yang tepat, lengkap, dan aman. Kesalahan dan komplikasi akibat opeasi masih dapat terjadi. Komplikasi mayor terjadi pada 0-1,5% kasus dan komplikasi minor terjadi pada 1,1-20,8% kasus bedah FESS.[7]

Hasil bedah terbaik sering diperoleh dengan mengoptimalkan perawatan medis baik sebelum operasi dan pasca operasi. Mengoptimalkan perawatan medis sebelum operasi  akan mengurangi kemungkinan komplikasi, dan membantu menjaga mukosa olfaktori (penciuman) dari kerusakan.[4]

Selain FESS, ada beberapa prosedur bedah lain yang juga digunakan untuk mengatasi sinusitis, di antaranya adalah punktur antrum dan antrostomi.

● Punktur Antrum (Penusukan pada Antrum)

Prosedur ini melibatkan anestesi lokal dan menggunakan alat yaitu trocar dan kanula. Sinus diairi dengan saline normal steril (air steril) dengan suhu sesuai suhu normal tubuh. Saat proses irigasi ini, pasien disuruh bernapas melalui mulut dengan kepala di bawah. Cairan kemudian akan keluar melalui ostium sinus. Air yang keluar didokumentasikan karakter debitnya dan dapat dikirim untuk pemeriksaan sitologi atau bakteriologi. Pada akhir prosedur, obat-obatan juga dapat diberikan langsung ke dalam rongga sinus.[6]

● Antrostomi

Antrostomi inranasal, merupakan prosedur drainase yang dilakukan pada sinus maksilaris. Tujuannya adalah untuk membuat lubang yang permanen di dekat lantai antrum sehingga memudahkan drainase cairan. Dengan anestesi lokal ataupun umum, meatus inferior dibuka dan kemudian sebuah alat yang dinamakan Myles gouge dimasukkan melalui dinding nasoantral, di bawah konka inferior. Prosedur ini sekarang telah jarang dipakai karena hasil observasi telah menunjukkan bahwa prosedur ini tidak efektif. Baru-baru ini, antrostomi intranasal telah digantikan oleh antrostomi meatus tengah endoskopi yang bertujuan untuk memperbesar ostium alami dari sinus maksilaris.[6]


Referensi:

[1]  Herawati, S., & Rukmini, S. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: EGC

[2]  Anggraini, D. Rita. (2005). Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal. Medan: USU Repository

[3] Buttaro, T. Mahan, et al. (2013). Primary Care: a Collaborative Practice - 4th ed. Missouri: Mosby - Elsevier, Inc.

[5] Smmen, D. & Jones, N. (2005). Manual of Endoscopic Sinus Surgery and Its Extended Applications. Stuttgart: Thieme Publishing Group

[4] Kountakis, S. Jacobs, J., & Gosepath, J. (2008). Revision Sinus Surgery. New York: Springer Berlin Heidelberg

[6] Maqbool, M. & Maqbool, S. (2013). Textbook of Ear, Nose, and Throat Disease - Twelfth Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

[7] Meghanadh, K. R. & Sethi, D. S. (2012). Functional Endoscopic Sinus Surgery - ECAB - E-Book, 1st Edition. New Delhi: Elsevier