Budaya Hidup Sehat - Panduan Budaya Hidup Sehat

Budaya Hidup Sehat - Panduan Budaya Hidup Sehat

Budaya Hidup Sehat



Definisi Sehat
Komponen Kesehatan
   Kesehatan Fisik
   Kesehatan Psikologis
   Kesehatan Sosial
   Kesehatan Intelektual
   Kesehatan Spiritual
   Kesehatan Lingkungan
Budaya Hidup Sehat


Definisi Sehat

Kebanyakan orang bisa menggambarkan bagaimana rasanya menjadi sehat atau sakit, tetapi untuk mendefinisikan kesehatan bukanlah perkara mudah. Pada tahun 1948, konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan lengkapnya kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya karena tidak adanya penyakit atau kelemaha.” Banyak pendapat menganggap definisi ini terlalu sempit. Lihatlah orang pada gambar di bawah, meskipun mereka berada di kursi roda, mereka mampu bersaing sebagai atlet. Jika kita menilai kesehatan mereka menggunakan definisi WHO, maka dapat disimpulkan bahwa mereka tidak sehat. Banyak orang yang cacat fisik mampu beraktivitas dengan baik di masyarakat dan tidak menganggap diri mereka sakit atau lemah.[1]

Atlet Balap Kursi Roda


Piagam Ottawa tentang Promosi Kesehatan juga mendefinisikan kesehatan. Menurut piagam ini, kesehatan membutuhkan kedamaian, tempat tinggal, pendidikan, makanan, penghasilan (uang), ekosistem yang stabil, sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial dan keadilan.[1]

Psikolog ahli perilaku (behaviorist), Godfrey Hochbaum, juga mengusulkan definisi sederhana untuk kesehatan: “Kesehatan adalah apa yang bisa membantu saya menjadi apa yang saya inginkan .... melakukan apa yang saya ingin lakukan .... (dan) hidup dengan cara yang saya inginkan.” Menggunakan definisi Hochbaum, kita dapat menyimpulkan bahwa atlet berkursi roda pada gambar di atas tergolong sehat, sama sehatnya dengan orang yang mampu berjalan normal.[1]


Komponen Kesehatan

Untuk bisa menerapkan budaya hidup sehat, kita harus memahami terlebih dahulu tentang kesehatan. Ada beberapa komponen dalam kesehatan yang holistik, yaitu antara lain: kesehatan fisik, kesehatan psikologis, kesehatan sosial, kesehatan intelektual, kesehatan spiritual, dan kesehatan lingkungan.[1]

• Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik mengacu pada kondisi keseluruhan sistem organ, seperti misalnya sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), sistem pernafasan (paru-paru), sistem reproduksi, dan sistem saraf. Sistem pada orang yang sehat berfungsi dengan baik; individu yang sehat secara fisik akan merasa dirinya sehat dan bebas dari penyakit.

Ketika organ tidak berfungsi normal, individu akan memiliki berbagai tanda dan gejala penyakit. Tanda (sign) adalah fitur yang dapat diamati dan diukur dari suatu penyakit, seperti demam (tubuh panas), ruam, bengkak, kulit berubah warna menjadi abnormal, dan lain sebagainya. Gejala (symptom) adalah keluhan subjektif dari penyakit, seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri.

Kondisi penyakit akut, seperti flu biasa atau infeksi yang ditularkan melalui makanan (yang biasanya menyebabkan diare), cenderung berkembang cepat dan bisa sembuh dalam beberapa hari atau minggu. Sedangkan yang disebut dengan kondisi penyakit kronis adalah kondisi penyakit yang memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan untuk berkembang, berlangsung, dan mempengaruhi hidup seseorang. Hal ini dikarenakan periode penyakitnya yang lebih lama, dan bahkan dalam beberapa kasus bisa menjadi seumur hidup.

• Kesehatan Psikologis

Kesehatan psikologis (mental) melibatkan kemampuan untuk secara efektif menghadapi tantangan psikologis dalam kehidupan. Orang yang sehat secara psikologis dapat menerima tanggung jawab atas perilaku mereka, merasa baik tentang diri mereka sendiri dan orang lain, merasa nyaman dengan emosi mereka (perasaan), memiliki pemikiran positif, dan pandangan yang realistis tentang kehidupan. Meskipun pengalaman seperti kehilangan pekerjaan atau anggota keluarga menyebabkan stres atau kesedihan, orang yang sehat secara psikologis dapat membatasi sejauh mana krisis ini mempengaruhi kehidupan mereka.

• Kesehatan Sosial

Kesehatan sosial adalah rasa kesejahteraan di mana seorang individu membentuk hubungan yang suportif secara emosional dengan anggota keluarga, teman, dan kerabat. Orang yang sehat secara sosial tidak hidup dalam isolasi mereka malah akan aktif dalam kelompok-kelompok sosial atau bahkan ikut dalam organisasi untuk memperkuat dimensi kesehatan sosialnya.

• Kesehatan Intelektual

kesehatan intelektual adalah kemampuan untuk pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi lainnya yang secara efektif digunakan untuk mengatasi tantangan dalam kehidupan. Orang yang sehat secara intelektual akan menganalisis situasi, menentukan alternatif tindakan, dan membuat keputusan dengan baik dan efektif. Setelah membuat keputusan, individu yang sehat intelektualnya akan dapat menilai efektivitas pilihan mereka dan belajar dari pengalaman mereka. Keterampilan intelektual yang efektif memungkinkan orang untuk merasa mampu mengendalikan kehidupan mereka.

• Kesehatan Spiritual

Kesehatan spiritual adalah keyakinan bahwa diri kita adalah bagian dari skema kehidupan yang lebih besar dan keyakinan bahwa kehidupan seseorang pasti memiliki tujuan. Namun, spiritualitas di sini tidak terbatas pada mereka yang menjadi penganut agama tertentu. Orang dapat mengembangkan kesehatan spiritualitas mereka tanpa menjadi penganut agama tertentu. Apapun sifat spiritualitas mereka, banyak individu bisa mencapai rasa kedamaian batin dan harmoni serta pemenuhan emosional dengan mempercayai bahwa kehidupan mereka memiliki suatu tujuan. Seperti dalam dimensi kesehatan lainnya, gangguan dalam kesehatan spiritual dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan seseorang.

• Kesehatan Lingkungan

Tidak ada komponen kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan individu sebanyak apa yang dilakukan kesehatan lingkungan. Lingkungan ialah tempat di mana kita hidup, bekerja, dan bermain. Masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan meliputi ketersediaan air dan udara yang bersih, pengelolaan limbah, dan pengendalian masalah sosial seperti kriminal dan kekerasan keluarga. Manusia tidak dapat mencapai tingkat kesehatan yang tinggi jika lingkungan mereka tercemar atau tidak aman.

Gambar di bawah ini adalah model yang menggambarkan bagaimana enam komponen kesehatan yang telah dijelaskan di atas, saling terkait dan terintegrasi ke dalam pendekatan holistik untuk memahami kesehatan. Model ini memasukkan komponen kesehatan fisik dan psikologis sebagai inti dari komponen kesehatan lingkungan yang menjadi lingkaran terbesar. Komponen kesehatan sosial, intelektual, dan spiritual melibatkan proses berpikir; oleh karena itu, mereka ditemukan dalam dimensi kesehatan psikologis. Lihat juga bagaimana lingkaran kesehatan fisik dan psikologis saling tumpang tindih untuk mengilustrasikan bagaimana tubuh dan pikiran terintegrasi dengan erat. Ketika komponen kesehatan ini sama-sama dalam keadaan baik, maka individu akan memiliki rasa kesejahteraan yang optimal.

Gambar Model Komponen Kesehatan


Budaya Hidup Sehat

Dari penjelasan tentang komponen kesehatan di atas, Anda bisa tahu bagaimana sebenarnya cara mencapai kesehatan yang holistik. 

Ada banyak cara yang berbeda untuk mendapatkan kehidupan yang sehat, umur panjang, dan menjadi awet muda. Kita bisa makan makanan yang beragam dan bergizi; mengurangi beberapa jenis makanan yang mengandung tinggi lemak, garam dan pengawet; berolahraga; beraktivitas di luar; memantau tingkat stres; dan mengkonsumsi jenis vitamin yang tepat sesuai kebutuhan. Untuk cara-cara lainnya bisa Anda pikirkan sendiri setelah Anda benar-benar memahami apa arti kesehatan dan apa saja komponen di dalamnya.[2]

Misalnya saja: untuk kesehatan fisik, Anda bisa melakukan olahraga rutin, makan makanan yang bergizi, dan rutin cek kesehatan; untuk kesehatan psikologis, Anda bisa memanajemen stres; untuk kesehatan sosial, Anda bisa bersosial dengan teman, keluarga, atau kerabat dan jangan terlalu menyendiri; untuk kesehatan intelektual, Anda bisa membaca buku atau menambah ilmu lewat berbagai sumber informasi; untuk kesehatan spiritual, Anda bisa mendekatkan diri kepada Tuhan atau sekedar mencari tujuan hidup Anda dan mencari ketenangan batin; sementara untuk kesehatan lingkungan, Anda bisa menjaga kebersihan lingkungan sekitar, dan mencegah segala macam polusi (air, udara, suara, dll).

Berikut ini kami paparkan contoh program harian yang dapat Anda lakukan sebagai budaya hidup sehat yang kami adaptasi dari buku “Healthy Living: Life-boosting, stress-beating, age-busting ways to total health.” Harus diingat bahwa daftar ini hanyalah contoh. Waktu spesifik, jenis makanan, minuman, suplemen, dan kegiatan yang Anda miliki mungkin berbeda. Jadikanlah daftar ini sebagai panduan.[2]

07:30 Selalu mulai hari Anda dengan sarapan.

Orang-orang yang sarapan menurut hasil penelitian, mempunyai angka harapan hidup lebih lama daripada orang yang tidak sarapan, asalkan jenis sarapan yang dipilih adalah sereal berbasis gandum atau roti yang dikenal baik untuk kesehatan dikarenakan ia mengandung karbohidrat kompleks. Jangan lupa tambahkan secangkir teh hijau dan sepotong buah untuk meningkatkan antioksidan dalam tubuh Anda agar mampu melawan radikal bebas.

07:45 Minum segelas air dan konsumsi suplemen vitamin yang Anda butuhkan.

Kebanyakan orang tidak mendapatkan kebutuhan vitamin dan mineral esensial harian yang direkomendasikan. Cari referensi yang terpercaya tentang kebutuhan nutrisi harian Anda sesuai kebutuhan spesifik Anda. Lalu konsumsi sesuai dosis dan cara yang benar.

08:00 Sikat dan floss gigi Anda.

Dengan melakukan hal ini, kita dapat menjadi 6 tahun lebih muda secara biologis (biological age). Bakteri yang menyebabkan penyakit pada gusi juga dapat menyerang pembuluh darah arteri yang dapat menyebabkan penyakit jantung.

08:30 Lakukan setidaknya sedikit jalan kaki untuk pergi sekolah atau bekerja atau berolahragalah!

Berolahraga minimal 30 menit setiap hari adalah cara terbaik untuk menjaga jantung dan paru-paru dalam kondisi yang baik.

09:00 Minum segelas air dan cobalah untuk memenuhi minimal kebutuhan cairan 8 gelas per hari.

Air adalah komponen terbanyak dalam tubuh kita. Dengan memenuhi kebutuhan cairan harian, kita dapat membuang racun atau zat sisa lewat pengeluaran urin dan keringat.

10:00 Minum secangkir teh (lagi).

Banyak hasil penelitian yang menyatakan luar biasanya manfaat teh bagi kesehatan. Teh yang baik adalah teh yang masih segar (baru diseduh) dan tanpa tambahan pemanis. Serta selalu peras teh celup Anda karena ia akan memberikan dua kali lebih banyak antioksidan.

10:30 Terhubung dengan teman dan kolega.

Orang yang mempunyai jaringan sosial yang kuat dengan teman dan keluarga mempunyai hidup yang relatif lebih panjang dan lebih sehat daripada jenis orang yang lebih soliter (penyendiri). Hal ini berkaitan dengan kesehatan sosial dan psikologis. Karena dengan berinteraksi dengan orang yang dekat dengan kita, kita akan lebih mudah menghadapi stressor yang ada dalam kehidupan.

12:30 Lakukan yoga atau setidaknya tenangkan diri.

Dengan melakukan hal ini, kita dapat menyeimbangkan semua sistem tubuh dan membuat organ kita bekerja secara efisien.

13:30 Makanlah salad ‘pelangi’ untuk makan siang.

Gunakan banyak sayuran dengan warna berbeda - paprika merah, selada air, parutan wortel, daun bayam, dan tomat ceri sebagai komposisi salad. Tambahkan minyak zaitun dan vinegar, dan taburi dengan beberapa biji wijen untuk menyempurnakan paket antioksidan. Buah dan sayuran yang alami kaya akan antioksidan, vitamin, dan mineral, serta serat yang penting bagi kesehatan.

15:30 Naik tanggalah sesekali (daripada lift atau eskalator).

Menurut hasil kalkulasi penghitungan kalori dan berat badan, menaiki dan menuruni tangga enam kali sehari sama dengan mencegah kenaikan berat badan 2 kg per tahun. Namun, bukan berarti Anda harus benar-benar menaiki tangga. Inti dari saran ini adalah, jangan terlalu malas untuk bergerak. Jangan terlalu bergantung pada mesin atau alat. Contoh lain adalah, jika kita akan menuju suatu tempat yang tidak terlalu jauh, entah itu untuk berangkat sekolah atau sekedar ke warung yang jaraknya dekat, jangan terlalu sering menggunakan kendaraan bermotor. Berjalan kaki atau bersepeda itu jauh lebih sehat.

18:00 Bermeditasi atau lakukan teknik nafas dalam.

Anda akan menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak jantung Anda di mana keduanya baik untuk kesehatan jantung Anda. Tutup mata dan bernapaslah dalam-dalam melalui hidung dan keluarkan melalui mulut dengan bibir seperti akan meniup dengan perlahan. Cobalah untuk mengosongkan pikiran Anda dan berkonsentrasilah hanya pada nafas Anda, rasakan keluar masuknya udara secara perlahan. Tetap fokus melakukan ini untuk sekitar 10-15 menit.

20:00 Makanlah salmon (atau ikan ‘berminyak’ lain) untuk makan malam.

Ikan berminyak seperti salmon, mackerel, sarden, trout ataupun tuna dapat menjaga otak agar tetap sehat dan dapat mencegah Alzheimer jika dimakan setidaknya dua kali seminggu. Hal ini dikarenakan jenis ikan ini kaya akan omega-3, di mana omega-3 ini sangat diperlukan untuk mengimbangi asupan omega-6 yang rata-rata sudah banyak didapatkan dari makanan lain. Penelitian menunjukkan, kita harus menyeimbangkan asupan antara omega-3 dan omega-6 pada rasio tertentu agar tubuh berfungsi dengan baik dan sekaligus mencegah stres oksidatif pada tubuh. Asupan omega-3 juga baik untuk mencegah inflamasi karena ia termasuk ke dalam sumber nutrisi anti-inflammatory.

21:00 Tontonlah acara TV / DVD yang lucu (misalnya yang bertema komedi).

Tertawa akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi efek penuaan akibat hormon stres pada tubuh.

22:00 Dapatkan tidur yang berkualitas.

Tidur merupakan kesempatan bagi tubuh untuk melepaskan hormon pertumbuhan dan memperbaiki diri dari luar dan dalam. Sel-sel akan beregenerasi dengan optimal selama tidur dan pelepasan hormon pertumbuhan (growth hormone). Waktu tidur yang baik dan efektif adalah sekitar enam sampai delapan jam setiap malam. Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, sebaiknya Anda menjauhkan segala macam yang dapat menggangu tidur Anda. Matikan TV, lampu, atau segala macam sumber cahaya atau suara yang dapat mengganggu kualitas tidur.


Referensi:

[1] Housman, J., & Odum, M. (2016). Alters and Schiff Essentials Concept of Healthy Living. Burlington: Jones & Barlett Learning

[2] Wilson, Elisabeth. (2009). Healthy Living: Life-boosting, stress-beating, age-busting ways to total health. Oxford: Infinite Ideas Ltd.

Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar

Pertolongan Pertama pada Luka Bakar

Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar


Jenis Luka Bakar Berdasarkan Penyebabnya
   Luka Bakar Termal (Panas)
   Luka Bakar Kimia
   Luka Bakar Listrik
Kedalaman pada Luka Bakar
   Luka bakar derajat satu (superfisial)
   Luka bakar derajat dua (kedalaman parsial)
   Luka bakar derajat tiga (kedalaman penuh)
Luas Permukaan pada Luka Bakar
Penanganan Luka Bakar
   Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Termal
   Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Kimia
   Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Listrik


Luka bakar terjadi karena disebabkan oleh paparan yang berlebihan tubuh terhadap panas, seperti api, cairan panas, bahan kimia, listrik atau radiasi. Api dan air mendidih merupakan dua penyebab paling umum dari luka bakar. Orang yang menderita luka bakar sering mengalami fase kritis. Sistem tubuh tidak hanya terancam dari efek fisiologis dan psikologis, namun juga trauma fisik lainnya yang mungkin terjadi secara bersamaan.[1]

Jenis Luka Bakar Berdasarkan Penyebabnya

Luka bakar dapat dibagi sesuai penyebabnya, ia adalah luka bakar termal (panas), luka bakar kimia,dan luka bakar listrik.[2]

• Luka bakar termal (panas)

Luka bakar termal dapat disebabkan oleh api, kontak dengan benda panas, ledakan, uap panas, ataupun cairan panas.

• Luka bakar kimia

Bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan jika bahan kimia tersebut kontak dengan kulit. Ada tiga jenis bahan kimia yang bertanggung jawab dalam sebagian besar luka bakar kimia yaitu, asam, alkali, dan senyawa organik lain.

• Luka bakar listrik

Keparahan dari luka bakar akibat kontak dengan arus listrik bergantung pada jenis arus listriknya, besar tegangan (voltase), area tubuh terkena, dan lama durasi kontak yang terjadi.


Kedalaman pada Luka Bakar

Secara umum, berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:[2]

Derajat Luka Bakar

1. Luka bakar derajat satu (superfisial)

Luka bakar ini melibatkan lapisan luar kulit (epidermis). Karakteristik dari luka bakar derajat satu adalah adanya kemerahan, pembengkakan ringan dan nyeri. Penyembuhan biasanya terjadi tanpa bekas luka, dan biasanya memakan waktu seminggu.

 2. Luka bakar derajat dua (kedalaman parsial)

Luka bakar ini lebih dalam melewati lapisan luar kulit hingga ke lapisan kulit bagian dalam. Adanya lecet, bengkak, rasa nyeri yang berat  merupakan ciri dari luka bakar ini. Selain itu juga terjadi keluarnya cairan, hal ini terjadi karena pembuluh kapiler darah di dermis rusak sehingga menyebabkannya mengalirkan carian ke jaringan sekitarnya.

3. Luka bakar derajat tiga (kedalaman penuh)

Luka bakar ini merupakan luka bakar parah yang menembus semua lapisan kulit hingga bisa mencapai jaringan lemak dan otot di bawahnya. Kulit akan tampak seperti lilin yang kasar atau berwarna abu-abu dan kadang-kadang hangus. Luka ini relatif kering dikarenakan pembuluh darah kapiler telah hancur dan tidak ada cairan yang dialirkan ke jaringan yang terkena luka bakar. Kulit tidak pucat jika ditekan karena jaringan kulitnya sudah mati. Korban sering tidak merasakan sakit akibat luka bakar tingkat tiga ini, karena ujung saraf sebagai reseptor nyeri telah sepenuhnya rusak. Jika terasa nyeri, itu  adalah berasal dari luka bakar di sekitarnya di mana derajat luka bakar lebih rendah sehingga masih mengenai ujung saraf. Luka bakar tingkat tiga membutuhkan perawatan medis yang melibatkan proses pengangkatan jaringan mati dan sering disertai dengan prosedur cangkok kulit untuk menyembuhkan luka secara total.


Luas Permukaan pada Luka Bakar

Perkiraan penghitungan dapat cepat dilakukan dalam persentase permukaan tubuh yang terbakar dengan menggunakan rule-of-nine (Gambar). Rule-of-nine digunakan untuk pasien dewasa saja dan tidak boleh digunakan untuk anak di bawah usia 15 tahun. (penghitungannya berbeda, jika digunakan pada anak-anak, maka akan terjadi kesalahan penghitungan dan penanganan yang tidak tepat)[3]

Rule of nine untuk pengukuran luas luka bakar


Jika sekitar 10 persen atau lebih permukaan tubuh anak dan 15 persen atau lebih pada orang dewasa terbakar, luka bakar yang terjadi dianggap sebagai cedera mayor (besar/berat). Pasien ini memerlukan rawat inap dan cairan pengganti segera untuk mencegah syok (hipovolemik).[3]


Penanganan Luka Bakar

● Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Termal

Tujuan utama dari penanganan luka bakar adalah untuk mengurangi rasa sakit (nyeri), mencegah infeksi, dan menentukan kebutuhan untuk perawatan medis. Kebanyakan luka bakar ringan dan dapat dikelola tanpa perawatan medis. Jika pakaian korban terbakar (saat kejadian), gunakan metode “stop-drop-roll”, yaitu berhenti (jangan panik), lalu baring ke tanah, dan kemudian berguling sebagai usaha untuk memadamkan api. Penolong juga dapat memadamkan api tersebut dengan selimut yang basah atau langsung menyiram korban dengan air.[3]

Pertolongan pertama pada luka bakar termal derajat satu

1. Dinginkan luka bakar dengan air dingin sampai rasa nyeri berkurang hingga minimal (biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit)

2. Setelah luka bakar dingin, oleskan gel lidah buaya atau pelembab untuk menjaga kulit agar tetap lembab serta untuk mengurangi rasa gatal dan pengelupasan.

3. Berikan obat pereda nyeri seperti ibuprofen.

Pertolongan pertama pada luka bakar termal derajat dua <10%

1. Dinginkan luka bakar dengan air dingin sampai rasa nyeri berkurang hingga minimal (biasanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit)

2. Setelah luka bakar dingin, oleskan salep antibiotik. Jangan mengoleskan lotion atau gel lidah buaya pada luka bakar yang lebih dari derajat satu.

3. Tutup luka bakar dengan longgar menggunakan dressing (balutan) yang steril, kering, dan tidak lengket. Jangan pecahkan gelembung yang terbentuk pada luka bakar.

4. Berikan obat pereda nyeri seperti ibuprofen.

5. Cari bantuan medis segera.

Pertolongan pertama pada luka bakar termal derajat tiga dan derajat dua yang > 20%

1. Lepaskan pakaian dan perhiasan yang tidak terjebak pada area yang terbakar (jangan memaksa melepas pakaian dan perhiasan pada area yang terkena luka bakar karena dapat memperparah luka oleh adanya tarikan serta dapat membuat korban merasa kesakitan).

2. Tutup luka bakar dengan longgar menggunakan dressing (balutan) yang steril, kering, dan tidak lengket.

3. Atasi syok yang terjadi (utamakan paramedis atau orang yang paham tentang syok untuk menangani).

4. Panggil ambulans / bantuan gawat darurat terdekat.

● Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Kimia

Luka bakar kimia terjadi ketika zat yang bersifat kaustik atau korosif menyentuh kulit. Zat-zat tersebut termasuklah asam, alkali, dan senyawa organik. Karena bahan kimia sifatnya terus membakar selama ia kontak dengan kulit, mereka harus dihilangkan dari kulit secepat mungkin.[3]

Pertolongan pertama untuk sebagian besar luka bakar kimia adalah sama, pengecualian untuk luka bakar kimia yang disebabkan bahan kimia tertentu di mana penetral kimia harus digunakan. Alkali seperti pembersih saluran menyebabkan luka bakar lebih serius daripada asam seperti pada aki karena ia dapat menembus lebih dalam dan dapat tetap aktif lebih lama.[3]

Tindakan pertolongan pertama luka bakar kimia

1. Segera basuh daerah luka bakar dengan sejumlah besar air selama 20 menit. Jika bahan kimia berbentuk bubuk kering, singkirkan terlebih dahulu bubuk tersebut dari kulit sebelum membilasnya dengan air.

2. Lepaskan pakaian dan perhiasan korban yang terkontaminasi sambil dilakukannya pembilasan dengan air.

3. Tutup luka bakar menggunakan dressing (balutan) yang steril atau bersih.

4. Cari bantuan medis segera.

PERINGATAN!!

Jangan gunakan air dengan tekanan tinggi karena ia akan mendorong bahan kimia untuk masuk lebih dalam ke jaringan.

Kenakan sarung tangan medis sebelum membantu korban luka bakar kimia untuk melindungi kulit Anda sebagai penolong.

● Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Listrik

Luka bakar yang disebabkan oleh listrik dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu luka bakar termal (api), luka bakar arc (flash), dan luka bakar listrik sebenarnya (kontak). Luka bakar termal oleh listrik terjadi ketika kulit bersentuhan dengan api yang muncul akibat arus listrik. Cedera ini disebabkan oleh api yang dihasilkan oleh arus listrik, bukan oleh adanya arus listrik atau flash yang mengenai tubuh secara langsung. Luka bakar arc (flash) terjadi ketika listrik meloncat dari satu tempat ke tempat lain. Meskipun durasinya relatif singkat, ia biasanya masih dapat menyebabkan luka bakar superfisial yang luas.[3]

Luka bakar listrik sebenarnya (true electrical burns) terjadi ketika arus listrik langsung melewati tubuh, yang dapat mengganggu irama jantung normal dan menyebabkan cardiac arrest, cedera internal lain, dan tentu saja luka bakar. Biasanya, arus listrik yang masuk ke tubuh akan keluar pada area di mana tubuh menyentuh permukaan benda logam atau kontak dengan tanah. Oleh karena itu, luka bakar listrik ini sering ditandai dengan luka bakar pada dua area yaitu di mana arus listrik masuk dan keluar.[3]

Tindakan pertolongan pertama luka bakar listrik

1. Pastikan lingkungan aman. Cabut, lepaskan, atau mematikan daya arus listrik. Jika hal itu tidak mungkin, segera panggil bantuan.

2. Periksa tingkat kesadaran dan pernapasan korban.

3. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) jika perlu.

4. Atasi syok yang terjadi (utamakan paramedis atau orang yang paham tentang syok untuk menangani).

5. Tutup luka bakar menggunakan dressing (balutan) yang kering dan steril.

6. Panggil ambulans / bantuan gawat darurat terdekat.


Referensi:

[1]  Jeschke, Marc G., Kamolz, Lars-Peter, et al. (2012). Handbook of Burns: Acute Burn Care Volume 1. Wien: Springer-Verlag

[2]  Clement, I. (2012). Textbook on Fisrt Aid and Emergency Nursing. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers

[3] AAOS. (2012). First Aid - Sixth Edition. London: Jones & Bartlett Learning

Operasi Sinusitis - Jenis Jenis Operasi Sinusitis

Operasi Sinusitis - Jenis Jenis Operasi Sinusitis

Operasi Sinusitis


Anatomi dan Fungsi Sinus
    Anatomi Sinus
    Fungsi Sinus
Penyakit Sinusitis
    Definisi dan Klasifikasi Sinusitis
    Etiologi Sinusitis
    Tanda dan Gejala Sinusitis
    Terapi Sinusitis
Jenis Operasi Sinusitis
    Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (FESS)
    Punktur Antrum (Penusukan pada Antrum)
    Antrostomi


Anatomi dan Fungsi Sinus

Sinus Paranasal

● Anatomi Sinus

Sinus secara istilah berarti ruang/rongga. Istilah sinus yang dipakai untuk penyakit sinusitis sering mengacu pada rongga yang berada di sekitar hidung. Untuk selanjutnya kita menggunakan istilah sinus paranasal (nasal= hidung).[1]

Di sekitar rongga hidung terdapat ruang-ruang/rongga yang disebut sinus paranasal (ingat bahwa sinus paranasal berbeda dengan rongga hidung). Dalam tubuh manusia terdapat 4 pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila kanan dan kiri, sinus frontal kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri serta sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui suatu lubang yang disebut ostium.[1]

● Fungsi Sinus

Fisiologi dan fungsi dari sinus saat ini masih terus dipelajari oleh peneliti. Beberapa fungsi yang telah diketahui dari sinus paranasal ini antara lain: untuk menjaga kelembaban udara saat inspirasi (menghirup udara saat bernapas), untuk pengaturan tekanan intranasal, berperan dalam sistem pertahanan (imun), menambah area permukaan mukosa (untuk keperluan olfaktori/penciuman), meringankan tengkorak, untuk resonansi suara, serta dapat berperan dalam menahan guncangan pada tengkorak (kepala). [2]


Penyakit Sinusitis

● Definisi dan Klasifikasi Sinusitis

Sinusitis adalah inflamasi yang terjadi pada permukaan mukosa sinus paranasal. Sinusitis memiliki beberapa jenis, yaitu sinus akut, sinus subakut, dan sinus kronis. Sinusitis akut biasanya dapat sembuh dengan terapi dalam 2-3 minggu; sinusitis subakut dalam 4-12 minggu; sedangkan sinusitis kronis dapat sembuh dalam jangka terapi selama lebih dari 12 minggu. Jadi, pada dasarnya sinusitis kronis merupakan sinusitis akut yang episode infeksinya terus berlanjut hingga lebih dari 12 minggu.[3]

● Etiologi Sinusitis

Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, fungi, atau bahkan akibat reaksi alergi. Kebanyakan penyakit sinusitis ini melibatkan sinus maksila dan etmoid. Sinus maksila merupakan sinus terbesar dari sinus paranasal. Ostium/lubang dai sinus maksila ini mengarah ke arah atas menuju rongga hidung, sehingga pengaruh gravitasi menjadikannya mudah terkena infeksi dikarenakan cairan atau lendir yang mudah tertampung di dalam sinus maksila.[3]

Sinusitis dapat terjadi akibat infeksi yang terjadi di rongga pernapasan. Cairan infeksius dari rongga pernapasan dapat mengalir ke arah sinus (utamanya sinus maksila, akibat pengaruh gravitasi) sehingga berpleuang besar terjadi infeksi sinusitis. Selain itu, sinusitis juga dapat terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi ataupun cairan yang masuk akibat menyelam atau berenang.[3]

● Tanda dan Gejala Sinusitis

Tanda dan gejala dari penyakit ini antara lain: hidung tersumbat, lendir hidung yang purulen (bernanah, berwarna kekuningan atau bahkan hijau), rasa sakit kepala yang semakin berat jika pasien membungkuk ke depan (berkaitan dengan peningkatan tekanan intranasal), serta nyeri di area wajah dan gigi. Demam, kelemahan, dan gejala lainnya juga sering ditemukan pada pasien sinusitis. Ada kaitan antara sinusitis dan asma. Insiden sinusitis pada pasien dengan asma berada dalam rentang antara 40-75%.[3]

● Terapi Sinusitis

Penanganan sinusitis sering berdasarkan pada gejala yang dialami. Gejala seperti rinorea, bersin, dan batuk sering berkaitan dengan sinusitis. Obat-obat seperti antihistamin, OAINS (obat anti-inflamasi non-steroidal), dan dekongestan serta antitusif (penekan batuk) sering diberikan pada pasien sinusitis. Pada kasus tertentu jika sinusitis sudah semakin parah dan sulit disembuhkan dengan medikasi, prosedur operasi sinusitis dapat dilakukan.[3]


Jenis Operasi Sinusitis

Mengingat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keparahan penyakit, kombinasi dari kedua terapi medis dan operasi dapat memainkan peran dalam kelanjutan manajemen penyakit pasien.[4]

Dalam menentukan pasien yang  tepat untuk operasi, keputusan harus didasarkan pada kemungkinan bahwa prosedur bedah mampu menawarkan perbaikan yang diinginkan. Pasien dengan diagnosis rhinosinusitis (sinusitis hidung) yang belum terbebas dari gejala setelah terapi medikasi (obat) yang maksimal paling mungkin untuk mendapatkan manfaat dari prosedur operasi sinusitis. [5]

Pengetahuan yang mendalam tentang anatomi sinus diperlukan oleh dokter bedah THT untuk operasi sinusitis yang aman dan efektif.  Ada beberapa jenis operasi untuk mengatasi sinusitis. Salah satu operasi sinusitis yang sering dipakai oleh para dokter bedah spesialis THT saat ini adalah operasi yang dinamakan bedah sinus endoskopi fungsional (FESS).[4]

● Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (FESS)

Prosedur ini merupakan kemajuan terbaru dalam pengobatan penyakit sinus. Mengenai konsep prosedur FESS, telah jelas bahwa dengan membuka blokir pada ostium sinus maka akan mengembalikan drainase dan ventilasi normal dari sinus sehingga mukosa yang terinflamasi akan juga kembali normal. Dengan FESS, dokter tidak perlu membuang semua mukosa yang terinfeksi. [6]

Bedah sinus endoskopi fungsional (FESS) adalah prosedur bedah yang minimal invasif. Ia disebut fungsional karena tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi sinus dengan menyediakan drainase dan aerasi udara, dengan cara menghilangkan obstruksi pada ostia alami dari sinus.[6]

Prinsip utama dari bedah sinus endoskopi fungsional (FESS) adalah menyesuaikan operasi dengan tingkat penyakit, menjaga sebanyak mungkin mukosa yang sehat, dan meperbaiki kembali drainase sinus serta aliran udara dengan cara memperbesar ostium. Karena efektivitasnya, tingkat keamanannya, morbiditas yang rendah, invasi yang minimal, serta akses yang lebih baik dalam hal visualisasi; bedah sinus dengan endoskopi juga dilakukan untuk berbagai indikasi selain inflamasi sinusitis.[7]

Sebelum dilakukan operasi, dokter perlu melakukan pengkajian mendalam tentang kondisi penyakit sinusistis pasien. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor teknis, mukosa, dan sistemik yang dapat berkontribusi terhadap hasil operasi.[5]

Kemajuan teknologi dalam modalitas diagnostik dan bedah diperlukan untuk membuat prosedur operasi yang tepat, lengkap, dan aman. Kesalahan dan komplikasi akibat opeasi masih dapat terjadi. Komplikasi mayor terjadi pada 0-1,5% kasus dan komplikasi minor terjadi pada 1,1-20,8% kasus bedah FESS.[7]

Hasil bedah terbaik sering diperoleh dengan mengoptimalkan perawatan medis baik sebelum operasi dan pasca operasi. Mengoptimalkan perawatan medis sebelum operasi  akan mengurangi kemungkinan komplikasi, dan membantu menjaga mukosa olfaktori (penciuman) dari kerusakan.[4]

Selain FESS, ada beberapa prosedur bedah lain yang juga digunakan untuk mengatasi sinusitis, di antaranya adalah punktur antrum dan antrostomi.

● Punktur Antrum (Penusukan pada Antrum)

Prosedur ini melibatkan anestesi lokal dan menggunakan alat yaitu trocar dan kanula. Sinus diairi dengan saline normal steril (air steril) dengan suhu sesuai suhu normal tubuh. Saat proses irigasi ini, pasien disuruh bernapas melalui mulut dengan kepala di bawah. Cairan kemudian akan keluar melalui ostium sinus. Air yang keluar didokumentasikan karakter debitnya dan dapat dikirim untuk pemeriksaan sitologi atau bakteriologi. Pada akhir prosedur, obat-obatan juga dapat diberikan langsung ke dalam rongga sinus.[6]

● Antrostomi

Antrostomi inranasal, merupakan prosedur drainase yang dilakukan pada sinus maksilaris. Tujuannya adalah untuk membuat lubang yang permanen di dekat lantai antrum sehingga memudahkan drainase cairan. Dengan anestesi lokal ataupun umum, meatus inferior dibuka dan kemudian sebuah alat yang dinamakan Myles gouge dimasukkan melalui dinding nasoantral, di bawah konka inferior. Prosedur ini sekarang telah jarang dipakai karena hasil observasi telah menunjukkan bahwa prosedur ini tidak efektif. Baru-baru ini, antrostomi intranasal telah digantikan oleh antrostomi meatus tengah endoskopi yang bertujuan untuk memperbesar ostium alami dari sinus maksilaris.[6]


Referensi:

[1]  Herawati, S., & Rukmini, S. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: EGC

[2]  Anggraini, D. Rita. (2005). Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal. Medan: USU Repository

[3] Buttaro, T. Mahan, et al. (2013). Primary Care: a Collaborative Practice - 4th ed. Missouri: Mosby - Elsevier, Inc.

[5] Smmen, D. & Jones, N. (2005). Manual of Endoscopic Sinus Surgery and Its Extended Applications. Stuttgart: Thieme Publishing Group

[4] Kountakis, S. Jacobs, J., & Gosepath, J. (2008). Revision Sinus Surgery. New York: Springer Berlin Heidelberg

[6] Maqbool, M. & Maqbool, S. (2013). Textbook of Ear, Nose, and Throat Disease - Twelfth Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

[7] Meghanadh, K. R. & Sethi, D. S. (2012). Functional Endoscopic Sinus Surgery - ECAB - E-Book, 1st Edition. New Delhi: Elsevier

Penyebab Kanker Darah - Macam Macam Penyebab Kanker Darah

Penyebab Kanker Darah - Macam Macam Penyebab Kanker Darah

Penyebab Kanker Darah - Sel Darah yang Terserang Leukemia


Definisi Kanker Darah
Penyebab Kanker Darah
    Virus
    Radiasi Pengion
    Pajanan Kimia
    Agen Antineoplastik
    Merokok
    Penekanan Kekebalan (Imunosupresi)
Tanda dan Gejala Kanker Darah
Diagnosis Kanker Darah
Terapi Untuk Kanker Darah
Mengurangi Risiko Kanker Darah


Definisi dan Jenis Kanker Darah

Kanker darah dalam istilah medis sering disebut leukemia. [1] Pada orang yang terkena kanker darah, sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang disebut dengan sel leukemia dan sel-sel blast leukemia. Sel-sel yang abnormal ini menyebabkan tubuh tidak dapat menghasilkan sel-sel darah putih yang normal. [2]

Ada empat jenis kanker darah, yaitu:[1]
- Leukemia Limfositik Akut, atau Acute lymphoblastic (lymphocytic) leukemia (ALL);
- Leukemia Myeloid Akut, atau Acute myeloid (myelogenous) leukemia (AML);
- Leukemia Limfositik Kronis, atau Chronic lymphocytic leukemia (CLL); dan
- Leukemia Myeloid Kronis, atau Chronic myeloid (myelogenous) leukemia (CML).


Penyebab Kanker Darah

Sebagian besar faktor risiko kanker darah masih kurang dipahami. Kelainan genetik tertentu memiliki kaitan dengan individu untuk mengalami kanker darah. Virus tertentu juga erat kaitannya dengan leukemia. Ada banyak diskusi oleh para ahli tentang radiasi pengion dan eksposur/pajanan kimia di tempat kerja atau lingkungan yang mungkin menjadi penyebab kanker darah.[3]

● Virus

Dua virus telah diidentifikasi terlibat dalam menyebabkan terjadinya perkembangan leukemia. Salah satunya adalah virus Epstein-Barr (EBV); dan yang lainnya adalah virus limfoma sel-T manusia (HTLV-1). Namun tidak berarti orang yang terinfeksi salah satu dari virus ini pasti mengalami leukemia. Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan keterlibatan virus HIV dalam terjadinya leukemia (kanker darah).

Virus Epstein-Barr adalah virus herpes yang dapat menghuni-limfosit B dan sel nasofaring. HTLV-1 berhubungan erat dengan limfositik-sel T leukemia. Hanya sebagian kecil, tidak lebih dari 4 persen, dari mereka yang terinfeksi virus ini berkembang menjadi leukemia.

Kedua virus meninggalkan jejak sisa dalam penanda sel. Orang-orang yang terinfeksi Epstein-Barr di awal kehidupan memiliki risiko untuk tumor limfoid-sel B. Limfosit B yang terinfeksi EBV mengalami peningkatan proliferasi, sehingga kesalahan genetik selama replikasi DNA mungkin terjadi.

● Radiasi Pengion

Radiasi adalah risiko yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari untuk menjadi penyebab terjadinya kanker darah / leukemia. Penelitian telah dilakukan pada orang yang terkena radiasi akibat perang, tempat kerja kerja, atau pengobatan medis.

Orang yang menerima dosis tinggi radioterapi untuk tumor padat memiliki risiko untuk mengalami leukemia. Risiko leukemia juga meningkat pada pasien yang menerima yodium radioaktif untuk kanker tiroid, dan fosfor radioaktif untuk polisitemia vera.

● Pajanan Kimia

Eksposur bahan kimia tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan risiko leukemia. Pemaparan benzene dalam lingkungan kerja atau lingkungan diimplikasikan menjadi faktor risiko leukimia. Berdasarkan penelitian, orang yang terpapar benzena 2-10 kali lebih berisiko mengalami kanker darah / leukemia daripada orang-orang yang tidak terpapar benzena. Bahan kimia lain juga telah dikaitkan dengan risiko leukemia. Hanya ada sedikit penelitian yang telah dilakukan, namun styrene dan butadiene telah dikaitkan dengan kejadian limfoma dan CLL.

● Agen Antineoplastik

Beberapa terapi agen kemoterapi, terutama agen alkylating seperti Leukeran (klorambusil) dan cytoxan (siklofosfamid), dapat merusak sel-sel sumsum tulang. Orang yang diresepkan agen ini biasanya untuk mengatasi gangguan keganasan dan nonmalignant lainnya, misalnya rheumatoid arthritis / rematik dan penyakit autoimun lainnya.

● Merokok

Perilaku merokok memiliki kaitan dengan leukemia. Merokok telah diakui sebagai penyebab potensial dari leukemia sejak 1986. Sejak itu, lebih dari 20 studi telah dianalisis atau kembali diperiksa untuk melihat ke dalam asumsi ini. Evaluasi terbaru dari studi menunjukkan risiko lebih besar terjadi untuk leukemia tipe myeloid.

● Penekanan Kekebalan (Imunosupresi)

Penekanan kekebalan dapat menyebabkan transformasi leukemia atau limfoma. Transplantasi sumsum tulang, kemoterapi, dan radiasi yang ditujukan untuk mengendalikan leukemia juga dapat menyebabkan imunosupresi, yang juga dapat menyebabkan transformasi. Transplantasi ginjal dan transplantasi jantung juga berhubungan dengan obat imunosupresif yang telah terlibat dalam terjadinya leukemia sekunder.


Tanda dan Gejala Kanker Darah

Beberapa tanda-tanda atau gejala leukemia mirip dengan penyakit lain yang lebih umum dan ringan. Tes darah tertentu dan tes sumsum tulang diperlukan untuk membuat diagnosis.

Tanda dan gejala bervariasi berdasarkan jenis leukemia, untuk leukemia akut gejalanya adalah:[1]
- Kelelahan atau tidak berenergi
- Sesak napas selama aktivitas fisik
- Kulit pucat
- Demam ringan atau berkeringat di malam hari
- Lambatnya penyembuhan luka dan pendarahan berlebih
- Tanda hitam dan biru (seperti memar) tanpa alasan yang jelas
- Bintik-bintik merah di bawah kulit
- Nyeri di bagian tulang atau sendi (misalnya, lutut, pinggul atau bahu)
- Jumlah sel darah putih yang rendah, terutama monosit atau neutrofil

Orang dengan CLL atau CML mungkin tidak memiliki gejala apapun. Beberapa pasien mengetahui mereka terkena CLL atau CML setelah dilakukan tes darah.

Kadang kala, orang dengan CLL mungkin mengalami pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha. Penderita tersebut juga mungkin merasa lelah atau sesak napas (akibat anemia) atau sering mengalami infeksi jika CLL lebih parah. Dalam kasus ini, tes darah mungkin menunjukkan peningkatan jumlah limfosit.

Tanda dan gejala CML cenderung berkembang secara perlahan. Orang dengan CML mungkin merasa lelah dan sesak napas saat melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka juga mungkin mengalami pembesaran limpa, keringat malam dan penurunan berat badan.


Diagnosis Kanker Darah

Sebuah tes darah lengkap (CBC) digunakan untuk mendiagnosa kanker darah. CBC adalah tes yang juga digunakan untuk mendiagnosa banyak penyakit lainnya. Tes darah ini dapat menunjukkan tinggi atau rendahnya tingkat sel darah putih serta dapat menunjukkan sel-sel leukemia di dalam darah. Kadang-kadang, jumlah trombosit dan jumlah sel darah merah pada pasien kanker darah akan ditunjukkan rendah oleh tes ini. Tes sumsum tulang (aspirasi dan biopsi) sering dilakukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mencari kelainan kromosom yang terjadi. Tes ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis spesifik dari leukemia.[1]


Terapi Untuk Kanker Darah

Pengobatan yang tepat bergantung pada jenis leukemia, usia, dan kesehatan umum pasien. Orang-orang dengan leukemia memiliki beberapa pilihan pengobatan, dan pasien mungkin menerima lebih dari satu jenis pengobatan.[2]

Pilihan pengobatan dapat mencakup:
- Kemoterapi;
- Terapi tertarget;
- Terapi radiasi; atau
- Transplantasi sel stem (induk)

Jika pasien memiliki leukemia kronis tanpa gejala, ia mungkin tidak memerlukan pengobatan segera. Ketika penyakit memburuk, pengobatan sering digunakan untuk mengendalikan penyakit dan gejalanya. Setelah pengobatan mengontrol leukemia, pasien mungkin menerima terapi yang dikenal sebagai terapi pemeliharaan, yang membantu mencegah leukemia dari datang kembali.

Namun, orang-orang dengan leukemia akut perlu dirawat segera. Tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan tanda-tanda leukemia dalam tubuh dan menghilangkan gejala. Terapi pemeliharaan dapat diberikan setelah tanda-tanda leukemia hilang.

Kapan saja, perawatan untuk meringankan efek samping dari pengobatan dan untuk mengontrol rasa sakit dan gejala lainnya dapat diberikan. Misalnya, antibiotik diberikan untuk infeksi, transfusi darah, trombosit, dan granulosit diberikan untuk perdarahan serta beberapa terapi lainnya.


Mengurangi Risiko Kanker Darah

Makan yang sehat dan berolahraga sangat dianjurkan untuk kesehatan yang baik bagi semua orang. Ini juga penting bagi mereka yang telah didiagnosa dengan kanker. Pasien sering melaporkan kurangnya nafsu makan dan berat badan yang berhubungan dengan gejala leukemia.

Banyak orang yang terdiagnosis leukemia segera merubah pola makan mereka sebagai upaya untuk memperlambat perkembangan penyakit. Teori gizi saat ini sangat menganjurkan diet tinggi buah-buahan dan sayuran, biji-bijian, dan sereal. Disarankan juga makan cukup daging dan produk susu serta mengurangi gula, lemak, alkohol, dan garam.


Referensi:

[1]  LSS. (2012). Understanding Leukemia. Leukemia & Lymphoma Society

[2]  NCI. (2013). What You Need To Know About Leukemia. U.S. National Cancer Institute. NIH Publication No. 13-3775

[3]  Onconurse. Risks for and Causes of Leukemia. Onconurse.com fact sheet